Kami tiba sekitar jam dua siang, jadi sudah bukan jam makan siang, dan berharap bahwa tidak perlu antri. Ternyata, saat kami tiba, antrian cukup panjang, bahkan sampai di luar depot berlantai dua yang cukup luas dan dapat menampung banyak pengunjung, artinya, ramai sekali.
Sempat ragu-ragu dan berpikir untuk mencari makan siang di lokasi lain, terlebih karena dalam rombongan keluarga kami terdapat  beberapa lansia dan anak kecil, namun akhirnya kami memutuskan untuk ikut antri.
Satu keluarga di depan kami, memutuskan pindah ke lokasi lain. Kami pun antri dengan sabar dan menikmati pengalaman ini bersama para pengunjung lainnya. Seorang anak yang antri di belakang saya, bertanya pada ibunya. "Mama, ini kita antri apa sih?"
Ibunya tersenyum dan menjawab, "Antri mau makan nak". Â Saya pun ikut tersenyum mendengarnya.
Sekitar dua puluh menit kami antri, akhirnya samapi juga di depan meja yang penuh berbagai sajian lauk nasi jamblang yang sangat menarik, diantaranya, ikan teri, udang sambal dan lain sebagainya.
Sambil mengantri, kami dapat menikmati berbagai hiasan dinding yang terpajang di sepanjang tembok, termasuk juga sudut untuk menjual tahu gejrot, yang juga merupakan salah satu makanan khas Cirebon.
Akhirnya kami dapat memilih dan menikmati nasi jamblang sesuai dengan pilihan kami masing-masing, dan semua dapat makan siang dengan lahap. Satu yang kurang, kali ini nasi jamblang kami tidak kebagian alas daun jati.
Setelah selesai, kami pun segera bebenah dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata, saat kami keluar, antrian di luar telah makin panjang,  padahal waktu sudah menunjukan lewat dari jam tiga sore, rupanya,  makin sore antrian  makin panjang, bahkan kini telah sampai di jalan.Â