Setelah sekian lama, kali ini kami berkunjung ke Madiun menjelang Idul Fitri dan kami bersyukur sekali dapat menikmati hari-hari yang menarik di Madiun.
Madiun kini jauh sekali berbeda dengan Madiun tempo doeloe, tigapuluh tahun yang lalu misalnya. Atau bahkan sangat berbeda dengan Madiun dua tahun yang lalu, pun pula setahun yang lalu, saat kami berkunjung.
Madiun kini telah berdandan, cantik, menarik, rapi, bersih tertata, sangat nyaman untuk berjalan-jalan di berbagai jalanan utama seperti jalan HOS Cokroaminoto dimana ada Klenteng Hwie Ing Kiong dan berbagai pilihan Nasi Pecel, seperti Pecel Podjok, ataupun kuliner lainnya termasuk wedang ronde.
Kemudian juga jalan HA Salim dengan pecel Murni, dan kuliner lainnya di sepanjang jalan dan pajangan Kereta Api di depan Pasar Kawak (pasar lama).
Baca juga : https://www.kompasiana.com/gendhis_kayana/6371d1534addee24d71e1822/nasi-pecel-madiun
Alun-alun kota Madiun, tempat saya bermain dan dolanan saat kecil dulu, juga rapi tertata, meskipun kini tak sebesar dulu, dan pohon cemara nya telah diganti dengan pohon yang lebih sesuai dengan tata letak yang sekarang. Patung Kolonel Marhadi masih ada, namun pating pesawat telah berpindah di sudut lain kota Madiun. Tampak tambahan patung di ujung jalan Pahlawan, Madiun Kota Pendekar, silat, termasuk populer di Madiun.
Jalan Pahlawan tempat di mana kami menginap, kini menjadi pusat keramaian kota, dengan Lawu mal dan Pahlawan Religi Center dimana pengunjung dapat menikmati berbagai lokasi berhias patung replika, mulai dari onta, merlion ataupun liberty, juga berbagai tenda kuliner di seberang jalan.Â
Semua berhias lampu gemerlip, dan musik ataupun lagi yang terdengar di sepanjang malam yang ramai, meriah dan jalanan yang penuh dengan pengunjung dan kendaraan. Petugas dari departemen pariwisata pun tampak di beberapa tempat penyeberangan jalan di jalan Pahlawan.
Destinasi Pariwisata, suatu konsep yang sangat terasa kini bila kita berjalan -jalan di Madiun.Â