Sore-sore, mendung bukan... Jadi teringat enaknya nge-wedang di salah satu depot wedang ronde, donga yang ada di seberang toko salah seorang sepupu di kota Solo.
Sore itu kami sekeluarga berkunjung, dan saya sendiri baru pertama kali mengunjungi Om dan Tante saya di toko, biasanya berkunjung ke rumah saja.
Obrolan berkisar tentang keluarga dan kangen-kangenan karena telah bertahun-tahun kami tak jumpa dalam suasana yang nyaman untuk ngobrol ngalor ngidul, begitu istilah kami untuk kesempatan ngobrol santai dan hangat.
Toko besi sederhana yang terletak di pinggiran jalan pertigaan, tepatnya pengkolan itu, sangatlah nyaman untuk kami  menikmati sore yang tenang namun ramai di jalan dengan berbagai kendaraan yang lewat, termasuk bus-bus antar kota. Pemandangan yang menarik dan membuat nostalgia dulu waktu saya kecil di Madiun bila berkunjung ke rumah nenek.
Tak selang berapa lama, Tante saya berkata, "Ayo kita donga dulu". Saya terkejut, donga? (Saya pikir diajak  berdoa).Â
"Ya...yuk kita ke langsung ke seberang aja, nanti pilih sendiri mau wedang ronde yang mana".
Ooooo...ternyata ronde. Wah...kami semangat sekali. Ronde berasal dari bahasa Belanda, rond - yang artinya bulat.
Ternyata banyak pilihan. Saya pilih wedang ronde biasa, yang standar, ada ronde dan kolang kaling.Â
Tante saya, memilih favorite nya, wedang kacang. Dan...ternyata...semua enak. Yang wedang kacang putih (kacang tambah yang sudah dibuang kulitnya) terlihat sangat enak, sayang saya lupa mengambil fotonya.
Dalam hati saya, lain kali saya akan pesan wedang kacang.
Kami sangat menikmati wedang ronde, donga, sore itu, nikmat sekali, diiringi dengan live music ala-ala, yang sangat khas di daerah. Nikmat sekali.
Lain kali kami pasti mampir lagi untuk donga.
Solo, Awal April 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H