Akhir Maret, kami baru kembali dari Madiun..., Â nyekar ke Magetan.
Kali ini kami meluangkan beberapa hari di Madiun, dan baru kembali ke Serpong setelah terlebih dahulu mampir ke Solo, mengunjungi Pak De dan Bu De, Om Tante di Solo. Kebetulan keluarga dari nenek masih beberapa keluarga yang tinggal di Solo.
Jadi kami kembali ke Jakarta dengan Kereta Senja Utama, setelah hampir mungkin duapuluh tahun, tidak naik kererta Senja Utama, rasanya senang juga.
Oh... sang waktu....cepat sekali....
Banyak cerita dan senang sekali, karena kali ini kami sempat mampir-mampir dan berkunjung ke handai taulan.
Ayah saya sempat mengunjungi beberapa temannya baik yang di Madiun maupun di Solo dan mereka senang sekali.
Berbagi sedikit cerita dan gambar dalam tulisan ini, yang  saya tuliskan dengan meramu  pengetahuan saya yang terbatas tentang sejarah  dan liputan sepupu saya, yang notabene kami beda generasi.Â
Madiun, sekarang makin cantik, rapi dan bersih. Jalan Pahlawan berdandan cantik sekali. Trotoar yang rapi dengan kursi-kursi taman dan lampu jalan yang cantik. Bikin pangling.
Berjalan-jalan ke Madiun, pasti melewati Alun-Alun Kota Madiun, dulu... waktu saya kecil tempat main paling favorit untuk saya. Alun-alun Madiun, terletak di dekat Mesjid Besar Madiun, dekat gang Kauman. Yaa.... kami dulu tinggal di daerah Kauman, di jalan Kolonel Marhadi. Alun-alun adalah tempat saya  belajar naik sepeda dan juga akhirnya bermain sepeda, jalan-jalan, melihat pasar malam, menemani Mama jalan pagi, merayakan 17 Agustusan, melihat karnaval dan lain sebagainya.
Alun-alun Kota Madiun dan jalan Kolonel Marhadi juga banyak berubah. Salah satunya adalah sebuah bangunan rumah berwarna putih yang sangat besar dan dulu setiap hari sepulang sekolah, selalu saya lewati.
Saya hanya tahu bahwa itu dulunya  adalah Sekolah Asisten Apoteker (SAA), mungkin kalau sekarang disebut, Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Farmasi,  namun kemudian sekolahnya ditutup dan bangunannya  tidak digunakan lagi.
Bangunan ini bangunan peninggalan jaman Belanda, bagus, megah. Rupanya kini telah menjadi Rumah Budaya atau salah satu bangunan yang menjadi cagar budaya di Madiun. Ini sekarang penampakannya... bagus ya... terawat, cantik, bersih, rapi.
Karena menulis tulisan ini, saya kemudian mencari tahu lebih lanjut. Ternyata pelestarian dan revitalisasi Rumah Budaya ini kabarnya mendapatkan dukungan juga dari pemilik Hotel Aston Madiun.
Dulu rumah ini milik Kapten Njoo Swie Lan, seorang pemimpin etnis Tionghoa di Kota Madiun, dan menempati rumah tersebut dari tahun 1912 sampai dengan 1930 (sumber : laman Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Madiun (Disbudpora). Revitalisasi dan cagar budaya dilakukan pada tahun 2018.
Menarik sekali bagaimana tempat ini berubah, dari sebuah bangunan tua yang tidak pernah dikunjungi orang banyak, kini menjadi salah satu tujuan atau destinasi kunjungan di Madiun. Tidak saja halaman depan dan gedung depan yang berubah ruangan-ruangan di dalam pun, banyak berubah, berdandan cantik layaknya hotel berbintang.
Halaman depan juga sangat nyaman untuk duduk-duduk manis, ngobrol dan bercengkerama di petang hari,
Lampu-lampu gemerlap sekarang menghiasi banyak bangunan di Madiun, salah satunya juga di rumah cagar budaya ini.
Buat yang mau mudik Lebaran ke daerah Madiun dan sekitarnya, boleh banget mampir ke rumah cagar budaya ini.
Serpong, 9 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H