Sabtu pagi,
Setelah dua tahun setengah tidak jalan pagi ke Tandon Ciater, kemarin pagi saya memutuskan untuk memilih rute ke Tandon Ciater dan mengadendakan kembali jadwal jalan pagi saya, yang berhenti total hampir tiga bulan. Byuh...tak berasa...
Masker tersedia di kantong jaket saya, namun saya memilih mencoba tidak pakai masker, menikmati udara segar secara merdeka, bebas gambaran.
Belum sampai 100 langkah, bertemu dengan tetangga, si Ibu sedang menjalan-jalankan Whoppy, anjing teckel nya. Bercakap sebentar, dia memandang saya yang tak bermasker...
Baiklah... Tersadar...saya segera memasang masker.
Lanjut melangkahkan kaki, menikmati pemandangan di sepanjang jalan, dan memperhatikan....
Oh...tiba-tiba ada bangunan tiga lantai dengan spanduk-spanduk anak berprestasi, wah...ada Sekolah Dasar baru.
Kemudian pandangan saya terhenti pada bangunan berjajar seperti kios dan gudang... Apa ya? Rupanya penjual ikan koi, yang lengkap dengan kolam-kolam besar untuk pembiakan dan penampungan... Wow...
Terussss lurus... Apa itu? Ada bak-bak besar bersekat... Oh tempat pemancingan.
Menarik... Banyak yang baru...
Lanjut...stadion sepak bola nya sudah berubah, jadi rumah lawan covid Tangsel, zona kuning.
Menjauh... dan mempercepat derap langkah...
Nah...mulai terlihat, tempat parkir dan tulisan zona hijau... Asik...
Waduh... ramainya... beruntung saya sudah mengenakan masker.
Matahari baru terbit, udara sejuk, nyaman.
Tak banyak berubah...
Bertemu keluarga muda yang membawa anaknya berjalan pagi, mungkin berusia sekitar lima tahun...
Langkah saya terhenti, mengamati.
Tak banyak berubah...senang rasanya dapat kembali jalan pagi, berjumpa kembali dengan beberapa wajah yang tak asing dan kebiasaannya masing-masing, tak banyak.
Agak tak biasa adalah banyaknya pedagang kaki lima yang berjejer di sepanjang jalan, dulu kalau akhir pekan, mungkin 15% dari lingkar Tandon ada yang berjualan, mulai dari cilok, siomay, kopi starling, gorengan, ubi dan kacang rebus, penyewaan kuda dan sepeda.
Kini mungkin hampir 65%, bertambah dengan penyewaan aneka mainan anak dan aneka rupa penganan.
Wah ramai sekali ...
Ah...coba saya lihat, warung di turunan di kebon bawah, tempat Pak Haji dan Ibu (begitu kami memanggil beliau), menjual pisang goreng dan kopi tubruk di pinggir sawah apakah masih ada?
Tengok coba...oh sippp.
Ada... dan seperti biasa ada beberapa goweser yang sedang istirahat dan ngopi.
Asikkk... Saya langsung turun dan menyapa beliau berdua. Mereka langsung komentar, wah...baru turun lagi, begitu komentar nya.
Mereka hapal dengan saya, meskipun saya tak pernah sekalipun mampir ngopi, hanya sesekali membeli hasil kebun mereka, pisang, kacang, ubi, singkong, namun saya sering turun ke kebun mereka, bahkan pernah iseng membantu panen kacang tanah. Seumur-umur baru sekali itu saya tahu cara panen kacang tanah, ha ha ha...
Mereka sibuk melayani Pembeli, saya ijin permisi jalan-jalan di kebon.
Wah...kebon Pak Haji berubah menjadi lahan ilalang. Rumput gajah dimana-mana. Sayang sekali.
Kebon sebelah coba...
Lega... bersyukur.. menyapa... Sehat Pak...
Alhamdulilah Bu...begitu sahut si Bapak...
Saya melanjutkan keliling...
Terima kasih Pak, memberkati saya dengan bahan refleksi pagi.
Sehat dan semangat selalu yaaa 🙏
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI