Ketika judeg melanda saya memilih diam seribu bahasa.
Ha ha ha ...nggak lah mana tahan...
Setelah rapat Jumat sore yang sempat membuat tensi saya sedikit naik ..., maka Sabtu pagi berkebun dan mengurus koleksi Calathea dan Aglonema di teras rumah menjadi pilihan untuk mengademkan pikiran dan hati.
Nama Latin tanaman-tanaman ini sempat membuat saya bingung awalnya, karena kami dulu di kampung menyebutnya sebagai Sri Rejeki, Kuping Gajah, Puring, dan seterusnya...
Dan ternyata saudara-saudara, meskipun hati sudah mulai tersenyum, namun rupanya pikiran masih berseliweran.
Baiklah...kita  sambung dengan jalan pagi yaa... walah langit nya...sesuatu banget...pagi-pagi kok mendung.
Tak apa...niat saya udah bulet...saya akan jalan kaki  mlipir daerah kompleks.
Kenapa sih ngotot banget jalan kaki...
Nah, ini ada ceritanya...
Beberapa tahun yang lalu, mungkin delapan tahun lalu, saya pernah membaca sebuah artikel tentang mindfulness dan bagaimana mindfull walking dapat menjadi salah satu cara untuk melepaskan stress.Â
Kala itu saya sempat melongo melihat ilustrasi dan foto-foto yang menunjukkan bagaimana sekelompok bule dengan kaki tanpa sepatu mengikuti seorang Biarawan Budha berjalan di alam terbuka, tepatnya berjalan di jalan tanah coklat.
Meskipun saya bukan penganut Budha, ataupun Zen, namun saya membaca beberapa artikel terkait dan menemukan bahwa ini sangat menarik.
Saya sama sekali tidak mengira, bahwa beberapa tahun kemudian, saya menemukan bahwa mindfull walking menjadi salah satu kegiatan yang menjadi pilihan saya, dari yang semula sekedar jalan kaki tiap hari di pagi hari di seputaran kompleks. Bahkan ketika saya sudah tidak lagi melakukan kegiatan jalan pagi, Â mindfull walking menjadi andalan saya untuk melepaskan diri bila terjadi kegaduhan pikiran atau hati.
Walk as if you are kissing the Earth with your feet. - Thich Nhat Hanh-Â
Adalah Thich Nhat Hanh (jangan tanya bagaimana mengejanya, saya pun selalu keseleo lidah melafalnya), sang Biksu dan Plum Village nya yang mendunia yang mengusung mindfulness ini yang kemudian bahkan dibuat juga film nya.
Hidup pada saat ini, menikmati saat ini.
Sampai sekarang saya masih belajar untuk mempraktekannya.Â
Jujur, pikiran ini masih suka banget piknik, baik ke masa yang akan datang ataupun terkadang suka pula menengok ke belakang.
Saya bersyukur setelah sekian lama pandemi dan kita menjadi manusia yang takut bertemu manusia lain, padahal kita ini makhluk sosial,- akhir pekan ini saya diingatkan untuk jalan lagi dan menikmati keindahan yang Tuhan bri, termasuk mendung yang menggantung di pagi hari.
Juga mendadak diingatkan dengan istilah generasi stroberi yang belakangan ini sering jadi topik, bagaimana orang tua yang terlalu menfasilitasi anak, membuat anak menjadi rapuh dan di salah satu podcast, disebut, dikit-dikit perlu healing.
Mungkin kegiatan mindfull walking bisa dicoba, siapa tahu bermanfaat:).
The mind can go in a thousand directions, but on this beautiful path, I walk in peace.
With each step, the wind blows.
With each step, a flower blooms.
- Thich Nhat Hanh -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H