Tim Penyusun
Ketua Genbi Undip : Lia Agustiana
Peneliti : Salma Budi Prameswari (Penanggung Jawab), Farhan Imam Naufal, Nidia Nur Fariza, Hafizat Intan Amalia
Ketua divisi Research and Development : Fatimah Az Zahra Andryani
Wakil Ketua divisi Research and Development : Ie, Cleonie Annisa Purnomo
Penerbit
Divisi Research and Developement Generasi Baru Indonesia (Genbi) Komisariat Universitas Diponegoro
Â
Latar Belakang
Pada 2013, Xi Jinping mengusung program One Belt One Road (OBOR) Initiative (sekarang menjadi Belt Road Initiatives (BRI)). Program ini merupakan program jangka panjang yang akan dijalankan hingga 2049. Program itu bertujuan membangun sistem perdagangan internasional yang terkoneksi, baik melalui jalan darat dari China ke Eropa dan sebaliknya maupun jalur laut dari China ke kawasan Asia dan Afrika. Program BRI terinspirasi from the concept of the Silk Road established during the Han Dynasty 2,000 years ago -- an ancient network of trade routes that connected China to the Mediterranean via Eurasia for centuries
Salah satu tujuan besar diinisiasinya BRI merupakan ambisi besar yang dimiliki China untuk mengimbangi/mengalahkan kekuatan atau dominasi negara barat, yaitu Amerika dalam sistem percaturan ekonomi dunia. Ditengarai bahwa China menginginkan sistem yang dipimpinnya mampu menciptakan harmoni mutualitas sehingga mampu untuk. Selain itu, ke depannya juga diharapkan mampu menumbuhkan sistem operasi ekonomi internasional. Untuk berpotensi menggantikan sistem Konsensus Washington dan Bretton Woods yang dipimpin AS.
Sekilas Tentang Kebijakan Belt Road Initiative
Kebijakan BRI atau yang juga disebut dengan New Silk Road Policy atau One Belt One Road (OBOR) adalah strategi kerja sama di bidang ekonomi hasil inisiasi People's Republic of China yang menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa melalui lima prioritas pengembangan pada koordinasi kebijakan, konektivitas infrastruktur, perdagangan tanpa batas, integrasi finansial, dan keterhubungan masyarakat. Investasi China melalui kerangka instrumen BRI telah melatarbelakangi berbagai pembangunan besar di bidang infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, perkeretaapian, bandar udara, termasuk juga pembangkit listrik dan jaringan telekomunikasi.
China memandang BRI sebagai instrumen esensial yang dapat digunakan untuk mengoptimalisasi pengamanan area perbatasan di daratan Asia sebab negara ini memiliki perbatasan darat yang sangat luas dengan 15 negara, termasuk negara-negara yang tidak stabil seperti Afghanistan dan negara-negara yang mencari komuni baru yang bersifat oposan dengan Amerika Serikat, seperti Rusia.
Hubungan kerja sama antara Indonesia dengan China yang diikat melalui instrumen kebijakan BRI telah dimulai sejak tahun 2013, tepatnya pada saat kedatangan Presiden Xi Jinping yang menyarankan upaya penguatan sektor perdagangan dan optimalisasi potensi kemaritiman China dengan negara-negara ASEAN, terkhusus Indonesia. Inisiatif tersebut dituangkan dalam rencana pembangunan infrastruktur jalur darat China dengan negara-negara Eurasia seperti Kazakhstan, Hungaria, Serbia, Turki, Jerman, Italia, hingga Belanda yang dikenal dengan sebagai 21st Silk Road Economic Belt. Sedangkan, jalur sutra yang menghubungkan wilayah perairan dengan melewati negara-negara seperti India, Italia, Indonesia, SIngapura, Malaysia, Myanmar, Arab Saudi, dan negara-negara Afrika Sub Sahara dikenal sebagai 21st Century Maritime Silk Road.