Mohon tunggu...
BWijanarkov Founder Of  Gen-YE
BWijanarkov Founder Of Gen-YE Mohon Tunggu... -

Founder dari Komunitas Gen-YE. Gen-YE adalah singkatan dari Generation "Y" Young Entrepreneur. Gen-YE adalah orang-orang Generasi "Y" yang berlandaskan impian (dream), gairah (passion), tindakan (take action) and kreativitas (creativity), berani memulai mengelola atau mendirikan usaha, berani mengambil resiko serta membuat perubahan dan arah untuk menghasilkan suatu keuntungan, manfaat atau nilai dari akibat usaha yang dikelolanya (Gen-Ye).\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“ Siapakah Orang Paling Berpengaruh yang Membuat Kamu Sepintar dan Sebijak ini?”,

13 Februari 2012   09:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:43 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“ Siapakah orang paling berpengaruh yang membuat kamu sepintar dan sebijak ini?”,

maka dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun dia menjawab, “ Ibuku. Ibukulah orang yang membuat aku pintar!” Begini Critanya, Meng Zi adalah salah satu nama legendaris di China. Ia dianggap sebagai salah satu orang paling pintar dan bijak di negeri China. Bahkan ada yang mensejajarkan namanya dengan Kong Zi atau Kong Hu Cu. Sebagian orang China menyebut mereka berdua secara bersama, dengan sebutan “Kong-Meng”.

Yang menarik, konon setiap kali Meng Zi ditanya, “ Siapakah orang paling berpengaruh yang membuat kamu sepintar dan sebijak ini?”, maka dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun Meng Zi akan menjawab, “ Ibuku. Ibukulah orang yang membuat aku pintar!”

Ketika Meng Zi masih kanak-kanak, ia termsuk jenis anak sering bosan berada di kelas, sering bolos dan melarikan diri dari sekolah. Suatu hari ia merasa tidak betah mengikuti pelajaran di kelasnya. Ditambah lagi ia merasa lapar. Ia lalu mencari jalan bagaimana bisa meninggalkan ruang kelasnya. Begitu ia menemukan kesempatan yang tepat, ia pun lari dari sekolah dan pulang ke rumahnya. Ia bahagia bisa bolos, tidak mengikuti pelajaran di kelasnya. Sampai di rumah ia langsung mencari makanan dan duduk di atas tumpukan kain sutra.

Meng Zi memiliki seorang ibu yang pekerjaannya menenun dan menjahit kain sutra. Dari kain sutra itulah ibunya yang sudah janda menghidupi keluarga Meng Zi. Sang ibu kaget mendapati Meng Zi sudah pulang jauh sebelum saatnya pulang. Ia segera tahu bahwa Meng Zi bolos sekolah. Ibunya marah besar, ” Ini belum saatnya pulang sekolah, kenapa kamu pulang? Ibu sungguh tidak senang dengan kelakuan burukmu ini Meng Zi!”

Meng Zi menjawab, “ Sekolah itu membosankan dan sulit Bu! Saya tidak bias mengikuti pelajaran, saya bukan anak pintar yang bisa menangkap pelajaran dengan cepat!”

Sang ibu mendengarkan alasan Meng Zi kalimat demi kalimat dengan cermat. Namun ia tetap menunjukkan raut muka marah dan tidak setuju dengan ulah Meng Zi membolos dari sekolah. Melihat ibunya yang tetap marah, Meng Zi tidak berani membuka suara lagi. Ia hanya diam, menundukkan kepala dan merasa bersalah.

Sang ibu pun diam. Ia sama sekali tidak menukas jawaban anaknya. Ia lalu beranjak mengambil kain sutra yang diduduki Meng Zi. Lalu sang ibu memotong kain sutra itu menjadi dua bagian dengan muka tetap marah. Setelah itu menjadi empat bagian. Lalu delapan bagian. Lalu enam belas. Dan seterusnya sampai kain itu tidak bisa dipotong-potong lagi.

Sang ibu lalu mengambil kain yang lainnya. Dan memotong-motongnya seperti sebelumnya, tetap dengan diam dan muka marah. Setiap kali menyaksikan ibunya memotong-motong kain sutra itu hati Meng Zi bagai teriris-iris.

Meng Zi tahu ibunya adalah janda. Ibunyalah yang menafkahi keluarga. Dan dengan menenun dan menjahit kain sutra itulah ibunya bisa menghidupi keluarga. Meng Zi tiba-tiba disergap rasa takut luar biasa, ia takut melihat ibunya marah luar bisa sampai kain yang menjadi sumber kehidupan keluarga dirusak.

Dengan menangis, Meng Zi memeluk kaki ibunya dan berkata,” Aduh Ibu, jangan marah lagi. Aku sadar telah melakukan satu kesalahan dan sangat mengecewakan ibu. Tetapi mohon Ibu tidak merusak kain yang berguna bagi keluarga kita. Meng Zi janji tidak akan bolos lagi meskipun sekolah itu membosankan!”

Sang Ibu mendengarkan perkataan anaknya itu kalimat demi kalimat sambil memandangi wajah Meng Zi seraya menatap matanya dalam-dalam, “ Meng Zi, kamu lihat potongan-potongan kain sutra ini. Benang sutra itu ditenun sedikit demi sedikit baru bisa jadi sepotong kain sutra. Sudah dapat sepotong terus ditenun sedikit demi sedikit sampai bisa jadi kain sutra yang bagus dan lebar. Setelah itu kain sutra dipotong sesuai ukuran dan dijahit maka jadilah pakaian yang indah.

Belajar pun seperti itu Meng Zi,hasilnya tidak bisa cepat dilihat seketika. Belajar itu sedikit demi sedikit, meskipun susah, itu tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak belajar. Setelah mengerti sedikit belajar lagi supaya mengerti lebih banyak lagi. Lalu belajar lagi. Setelah itu tambah mengerti, belajar lagi dan seterusnya. Setelah sampai pada waktunya nanti kamu akan merasakan bahwa belajar itu menarik , menyenangkan, dan indah. Dan sangat berguna. Kalau kamu sekarang membolos, kamu tidak akan mengerti apa yang diajarkan kepadamu. Kalau sedikit pun kamu tidak mengerti, lalu dari mana kamu akan tahu bahwa belajar itu menyenangkan dan berguna?”

Kata-kata sang Ibu itu menghujam dalam sanubari Meng Zi. Setelah ibunya selesai bicara, dengan berlinang airmata Meng Zi berjanji, ” Ibu, sungguh aku memang salah, san aku sangat menyesal. Mulai sekarang aku berjanji aku tidak akan bolos lagi. Mulai sekarang aku berjanji akan belajar bersungguh-sungguh dan melawan rasa bosan. Aku percaya ibu, bahwa dengan belajar yang sungguh-sungguh suatu saat nanti saya bisa pintar dan berguna bagi bangsa dan Negara.”

Sejak itu Meng Zi berubah. Meng Zi menjadi anak yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ia tumbuh menjadi manusia yang luar biasa mencintai ilmu pengetahuan. Dan benar, Meng Zi menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan bangsanya. Namanya sangat masyhur di daratan China. Bahkan karyanya yang sudah berumur lebih dari dua ribu tahun masih dipelajari sampai sekarang.

Apa yang terjadi pada Meng Zi semakin menguatkan catatan sejarah, bahwa di belakang orang yang sukses biasanya ada seorang ibu yang luar biasa yang mendidiknya dengan segenap cinta dan jiwa. Sekali lagi setiap kali Meng Zi ditanya,” Siapakah orang yang paling berpengaruh yang membuat kamu sepintar dan sebijak ini?”, maka dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun Meng Zi akan menjawab,”Ibuku. Ibukulah yang membuat aku pintar!”

Inilah kata inspirasi dari saya hari ini, mulai dari sekarang berilah yang terbaik buat Ibumu yang melahirkan, kepada Ibu Gurumu yang memberikan pengajaran. Maka Anda akan menjadi pribadi yang memiliki cahaya kasih yang langsung diberikan Tuhan tanpa perantara.

Sekali lagi Mulai saat ini : Bicaralah dengan penuh hormat pada ibumu , Jangan mengatakan “AH” , Jangan membentak , Rendahkan dirimu dihadapan Ibumu , Bersyukur / berterimakasih kepada Ibumu, Dahulukan memenuhi panggilan ibu daripada bapak , Mendoakan dan mohon ampun untuk Ibu, Penuhi wasiatnya, dan menghubungan silaturahmi kerabatnya. Kalau Ibu Ridho terahadapmu , maka sudah pasti Tuhan akan Ridho terhadapmu.

Salam, SIP (Semangat Itu Penting)

BWijanarkov © Gen-YE.Com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun