Politisi Senayan itu seperti buih di laut. Membuncah dipermukan, hilang di tepian. Lihatlah beberapa kasus, seperti BLBI, Pansus Bailout Century, Soal pengemplangan pajak ARB, Pansus Pelindo II dan kasus lainnya, semua pupus dimenit-menit terakhir. Jadi jangan terlalu sibuk menyimak statemen merea di Media soal Novanto. Mungkin mayoritas anggota DPR bermental Novanto? Mereka akan selesai juga seperti analogi buih.
Satu yang masih kuat terekam, yaitu terkait kasus bailout Century. Gesekan perdebatan di publik begitu kuat. Antara faksi politik saling menggergaji. Hampir satu bulan energi publik terkuras oleh berita tentang pansus Bailout Century. Namun apa hasilnya? Siapa maling kakap yang berhasil dipasung? Ujung-ujungnya Cuma kegaduhan dan menghasilkan rekomendasi politik bodong.
Kini pansus Pelindo II. Pansus ini pun sudah bisa diduga, melempem di diujung waktu. Ibarat pepatah; “Panas-panas tahi ayam”. Maka lagi-lagi, saya 100% hakkul yaqin, kasus Novanto cumalah masalah bagi-bagi lapak yang tak adil. Ada yang monopoli, mungkin Novanto? Dan mungkin Sudirman cs terusik. Semuanya hanya soal, siapa yang paling jago memainkan rumus kemunafikan.
Negara ini sudah kadung dijabati mereka-mereka yang bermental garong. Dari Eksekutif, yudikatif dan lagislatif semuanya pernag garong. Sedikit sekali mereka yang bersih di tiga institusi ini.
Mari kita melihat, apakah partai politik bisa membangun kekuatan politiknya tanpa duit besar? Bohong ! Tarulah dari seluruh partai itu, memotong gaji anggota DPR @anggota Rp.10 juta, apakah sudah cukup dengan duit itu untuk ongkos politik yang besar? Darimana duitnya? Kalau bukan dengan menggarong APBN?
Maka seluruh partai yang kini di Senayan, tak usalah berjuba malaikat, tapi hatinya amis berbalut kemunafikan. Dalam kasus Novanto, tarulah ini baru sekuku hitam, tapi siapa nyana, darimana seluruh sumber-sumber kekayaan Novanto? Murni dari gaji DPR? Usahanya? Atau ada juga kreatifitas haram yang turut memperbesar kekayaannya.
Kalau anda pernah nagkring di besmen DPR, cobalah melongo ke dalam, berjejeran mobil mewah Eropa berbaris. Mobil-mobil itu milik anggota DPR dari PDIP, Golkar, PKS, PAN, PKB, Hanura, Gerindra. Berapa sih gaji DPR? Cuma Rp.16 juta [take home pay]. Itupun sekitar 5-10 juta dipotong partai. Lalu dari mana duit untuk beli mobil mewah itu berharga miliaran itu? Anda tunduk dan tanya pada jempol kakimu.
Jadi soal Novanto ini seperti MotoGP. Masing-masing politisi, eksekutif dan legislatif punya keahlian. Ada yang jago di tikungan. Ada yang jago menyalip, dan juga ada yang jago di jalur lurus sirkuit. Yang jago di tikungan, pasti jago menyalip. Keahlian menyalip ini dimiliki Novanto. Ia menyalip Sudirman Said cs. Novanto punya antibody yang kuat. Ia immune terhadap semua kasusnya.
Ia selalu memainkan rumus di tikungan. Gayanya lentur, lihai. Imajinasi lawan ketika membayangi Novanto, itu adalah nama besar dan imunitasnya. Dari sisi imajinasinya saja, lawan-lawan Novanto keok di bikinnya. Cara yang paling muda adalah, konspirasi, untuk mengalahkan catatan kecepatannya dalam menyalip. Meski jago di tikungan dan jago menyalip akhirnya Novanto nyaris keok.
Tapi apakah Novanto sudah kalah? 100% saya tidak yakin ! Level imunitas Novanto itu seperti Golkar, partai yang menaungi pria Cina Surabaya ini. Lihatlah Golkar pasca Orba, elemen mana yang tak berteriak untuk bubarkan Golkar waktu itu? Tapi apa hasilnya, di pemilu 1999, partai berlambang beringin ini muncul sebagai partai pemenang pemilu. Sampai sekarang tetap bertenggar di tiga besar partai penguasa pemilu.
Begitupun Novanto, dari sekian kasus yang nyaris menyalipnya, tapi satupun tak bisa menundukkannya. Ia masih tampil sebagai politisi kuat. Ia masih bisa mengangkat kepalanya. Ia masih ke Senayan dengan mobil jaguar-nya. Kerenkan?