Mohon tunggu...
Geget
Geget Mohon Tunggu... Bidan - Masyarakat

Suka menanam, Lupa merawat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kado MILAD Muhammadiyah ke 109

13 Desember 2021   10:35 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu bulan berlalu Milad Muhammadiyah yang ke 109 tahun, mengusung tema Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama, merupakan bentuk keseriusan Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi, ketika awal Covid-19 merambak ditanah air dengan sigap Muhammadiyah membentuk satuan tugas Covid-19 dengan nama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

Tidak hanya persoalan pandemi saja, sebelum masa pandemi Muhammadiyah juga ikut andil dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang ada dibangsa ini, mulai persoalan pendidikan, kesehatan dan kemiskinan. Kegigihan Muhammadiyah dalam membangun bangsa ini tak perlu diragukan lagi, karna sudah tak terhitung berapa banyak sumbangsih Muhammadiyah untuk bangsa ini.

Lantas kado istimewa apa yang mau diberikan kepada  Muhammadiyah di milad yang ke 109?, apakah penghargaan MURI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara "Pengukuhan Dai Perdamaian secara Daring Terbanyak", Gedung Pusat Penelitian Daron Hamid Research and Innovation Center (DHRIC) atau LSO FAI UM Makasar Peduli yang bergerak di bidang humanisasi?.

Kado semacam ini menjadi hal yang lazim ditubuh Muhammadiyah, seakan menjadi pencapaian tahunan, tak ada salahnya membanggakan pencapaian tersebut, namun Muhammadiyah juga perlu memperhatikan keadaan tubuhnya.

Mari bersama-sama kita tilik keadaan realitas tubuh Muhammadiyah, berapa banyak anggota Muhammadiyah yang tau sejarah dan arah gerak Muhammadiyah?, berapa banyak kader yang paham akan idiologi Muhammadiyah?, berapa banyak tenaga pengajar lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tau tentang Kemuhammadiyahan?, sudahkah lembaga pendidikan Muhammadiyah mengajarkan tentang Al-islam dan Kemuhammadiyahan?, sudahkah setiap ortom menanamkan ideologi Muhammadiyah kesetiap kadernya dan sudahkah mubaligh Muhammadiyah berasaskan Tarjih?.

Apakah nanti Muhammadiyah akan bermetamorfosa menjadi organisasi kapitalis yang bangga dengan amal usahanya saja, lalu tidak memperhatikan keadaan kadernya.

Tak salah jika Prof. Dr. Kuntowijoyo didalam bukunya Muslim tanpa Masjid mengatakan, bahwa "Di abad 21. Dari dalam organisasi (Persyarikatan Muhammadiyah) sudah muncul generasi yang tidak banyak mengenal Muhammadiyah disebabkan perkaderan..."

Dan sekarang kita sudah memasuki abad ke 21 masehi, diusia persyarikatan yang satu abad lebih. Mulai nampak anggota Muhammadiyah yang tak kenal akan organisasinya. Beridentitaskan Muhammadiyah hanya untuk kepentingan pribadi, jargon KH. Ahamd Dahlan "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah" yang selalu diagaung-gaungkan seakan menjadi utopis semata. Permasalahan inilah yang perlu  dijadikan bahan evaluasi untuk langkah Muhammadiyah kedepannya.

Evaluasi Sebagai Kado Milad Muhammadiyah

Dirasa sangat penting diadakannya evaluasi besar-besaran didalam tubuh persyarikatan saat ini, sebagai upaya perbaikan dari kinerja yang telah diejwantahkan, untuk memunculkan formulasi-formulasi baru serta mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan Muhammadiyah dimasa lampau.

Mari kita flashback  tentang sejarah perjalanan kaderisasi Muhammadiyah dengan tiga dimensi geraknya, yakni sebagai gerakan islam, gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan gerakan tajdid (pembaharuan). Karena besarnya Muhammadiyah sekarang ini tidak dapat dipisahkan dari upaya kaderisasi yang simultan, komit dan konsekuen.

Keseriusan  KH. Ahmad Dahlan dalam proses pengkaderan dilakukan jauh-jauh hari sebelum mendirikan persyarikatan ini, mulai dari pendidikan, kajian dan pembinaan untuk meluruskan Aqidah.

Ihwanul Muslimin, Thoharatul Qulub, Fathul Asrar, Miftahus Sa'adah, Siddiq amanah tabligh, sopo tresno dan Wal Asri merupakan kelompok kajian yang dibentuk KH. Ahamad Dahlan untuk mempersiapkan para kadernya yang kelak akan membantu dan mengembangkan Muhammadiyah.

Dari kelompok kajian tersebut muncul kebiasaan-kebisaan bermuhammadiyah mulai dari prilaku, cara hidup, berorganisasi dan berpikir rasional model Muhammadiyah. Sehingga dengan mudah ketika diajak unuk bergotong royong memajukan Muhammadiyah tidak ada penolakan dan kepentingan pribadi yang diusung. Setrategi semacam inilah yang mulai hilang dari tubuh persyarikatan, oleh karnanya evluasi merupkan kado istimewa yang sangat penting diberikan kepada Muhammadiyah di Milad ke 109 ini.

Selamat Milad Muhammadiyah 109

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun