Mohon tunggu...
gemintang
gemintang Mohon Tunggu... Arsitek - beri aku kertas dan pena, kan kulukis wajah dan kuceritakan kisahnya

mulai saja, sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Dalam Dekapan

27 Oktober 2020   17:30 Diperbarui: 27 Oktober 2020   20:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah musim akan menunggu?

Badai menjadi tamu walau tak kubuka kunci pintu
Aku tak pernah siap akan pengulangan hari dan waktu
Sia-sia saja jika kau ingin membantu

(getir tersenyum)

Tak ada dalam pelukmu membuat aku sering terjaga,

kita sedang menua seperti ranting kering nan remuk patah
Tergelitik ingin redakan bisu yang tak terucap apa adanya:

sayang, bara kita tlah padam

Mimpiku semalam berbantah pada awan hitam,

suratan takdir akan terus tergerus tanpa aku harus paham
Tak perlu kau urus cerita lampau yang terlewati bersama

Kitalah mahluk dekat yang jauh dan tak akan bersinggungan


Kurun waktu pendek-pendek terputus buatku tersadar
Aku bukan perempuan dalam dekapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun