Dokter Tirta, sapaan akrab pria bernama asli Tirta Mandira Hudhi. Sapaan itu masyarakat dapatkan dari nama akun instagram miliknya @dr.tirta. Akun yang sudah mendapat centang biru dari Instagram itu diikuti oleh 1,4 juta orang. Bagaimana tidak, selain berprofesi sebagai dokter, ia juga dikenal sebagai pengusaha muda, relawan, dan influencer.
Lulusan UGM
Seperti yang kita ketahui, Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi di tanah air. Dokter Tirta menjadi salah satu lulusan jurusan dokter umum Fakultas Kedokteran dari universitas impian banyak pelajar tersebut. Masuk tahun 2009, dr. Tirta berhasil menyelesaikan pendidikannya pada 2013. Selama kuliah, ia sempat menjadi pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM. Selain itu, pria yang juga akrab disapa Cipeng ini ternyata lulus dengan IPK 3,76 dan dalam waktu 3,5 tahun saja.
Menjadi Dokter Sebagai Bentuk Pengabdian
Bagi pria kelahiran Solo, 30 Juli 1991 bekerja sebagai dokter adalah panggilan sebagai manusia untuk melayani dan mengabdi kepada sesama manusia. Dirinya sudah bertekad untuk tidak akan mengambil keuntungan dari karirnya sebagai dokter. Penghasilan bagi dirinya sehari-hari dia dapatkan dari berbagai usaha yang dia miliki.
Tirta menjalani sumpah dokter pada 2015. Sebelumnya ia sempat ditawari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Belanda namun ia lebih memilih untuk bekerja menjadi tenaga medis di Puskesmas Turi dan RS UGM Yogyakarta. Pada 2019, Tirta memilih untuk off dari praktek dokter dan fokus pada bisnisnya.
Sempat Tidak Memiliki Agama
Melalui kanal YouTube Rico Huang yang tayang 13 Februari 2020, Tirta mengaku lahir dari orangtua yang berbeda keyakinan. Oleh karena itu, selama di bangku sekolah, identitas agama Tirta di kartu keluarga hanya berisi tanda strip.
"SD, SMP, SMA, agama gue di kartu keluarga itu 'strip'," kata bos Shoes and Care itu.
Dokter Tirta akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Keputusan itu ia lakukan saat di bangku kuliah.
"Di UGM itu gue memutuskan mualaf, memeluk agama Islam dan di situ gue belajar toleransi," ujar Tirta.
Penampilan Nyentrik
Tidak bisa dipungkiri, dr Tirta juga terkenal karena penampilannya yang unik. Sebagai dokter, ia justru tampil bertato yang jarang ditemui pada orang-orang dengan profesi serupa dengannya. Tato tersebut ia dapatkan sebelum menjadi mualaf, namun ia sering dipandang sinis ketika masuk masjid, akan tetapi saat itu Tirta mengaku hal tersebut bisa dijadikan contoh.
"Yowis saja jadikan ini sebagai amalan. Bahwa tato bukan penghalang saya buat tidak salat. Lumayan bisa share kebaikan," katanya.
Selain itu, gaya rambut dengan warna merah muda dokter Tirta saat ini juga menjadi ciri khas nyentrik darinya.
Ia mengatakan akan menghapus tatonya jika ada dokter yang bersedia karena Tirta mengaku bahwa banyak dokter yang tidak berani. Tato tidak bisa dihapus sembarangan. Oleh karena itu, meski belum dihapus, dr Tirta tetap melaksanakan ibadah. Perhara diterima atau tidaknya ia serahkan kepada Allah Swt..
Pengusaha Muda di Berbagai Bidang
Saat kuliah, jiwa bisnis dr Tirta memang sudah terasah. Dia menjual gorengan dan mengaku pernah mendapat keuntungan Rp16,5 juta hanya dalam waktu 3 bulan. Tidak berhenti di gorengan, Tirta dulu memutar kembali modal untuk berjualan gelang kesehatan ‘Power Balance’ yang sedang tren saat itu dan meraup untung hingga Rp25 juta. Memprediksi dagangannya saat itu hanya musiman, ia kembali mencari peluang bisnis lainnya.
Sempat niat berjualan sepatu, namun akhirnya gagal karena sepatu yang ia pesan dari distributor hanya datang sebelah kiri semua. Ia pun merugi hingga Rp30 juta dan sempat makan roti jamuran selama 2 minggu berturut-turut. Hal itu ia tanggapi sebagai teguran dan ujian dari Allah karena ia sempat arogan akan kesuksesannya.
Kegagalan itu membuat Tirta berpikir untuk kembali berjuang dan berinovasi. Akhirnya, ia memulai jasa cuci sepatu bernama Shoes and Care yang sampai sekarang sudah memiliki 20 outlet di 11 kota. Namun usaha tersebut hanya satu dari segelintir usaha milik dr Tirta.
Di antara bisnis yang dijalani adalah membuka toko sepatu dengan label Communion Management. Selain itu, dirinya juga memproduksi merk tas sendiri bernama CMMN yang sudah berkolaborasi dengan Heineken.
Bahkan, Tirta menggembangkan sayap bisnisnya hingga membuat usaha pengharum sepatunya sendiri, The Vorsca. Baru-baru ini, ia juga sedang merancang startup Tukutu yang bergerak di bidang jasa titip dan jual beli sepatu pertama di Indonesia.
Peduli Terhadap Sesama
Separate karyawan dari tim Shoes and Care adalah anak jalanan, mantan napi, dan kaum marjinal. Dengan nilai-nilai sosial yang dimilikinya, Tirta berhasil menebar manfaat kepada golongan -golongan tersebut.
Meski begitu, ia sendiri mengaku tidak sadar betapa besar manfaat yang diberikannya. Dengan haru ia mengatakan ada satu karyawannya yang dulu anak punk, namun sekarang sudah menyelesaikan studi S1 Sosiologi.
Selain itu, baru-baru ini saat pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, dr Tirto aktif menyosialisasikan bahaya Covid-19. Tak hanya itu, ia pun menghabiskan sekitar Rp200 juta untuk membeli masker yang akan dibagikan kepada tenaga medis. Melalui akun Instagramnya ia membuka donasi yang berhasil terkumpul Rp2,6 miliar.
“Sebagai seorang dokter yang juga turun ke lapangan, saya ngerasain langsung gimana pandemi Corona COVID-19 sukses bikin riuh banyak faskes, RS, dan para tenaga medis yang bertugas. Yang awalnya bereaksi waspada, jadi panik. Yang awalnya Alat Perlindungan Diri (APD) belum langka, jadi langka. Padahal APD bagi petugas medis sangat vital perannya,” tulisnya melalui platform KitaBisa.
Dana tersebut akan digunakan untuk pembelian disinfektan di tempat umum, APD untuk tenaga kesehatan, handsanitizer, dan masker yang disebarkan rutin untuk masyarakat.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan dr Tirta. Bersyukur dan terus berusaha adalah kesimpulan yang bisa kita petik.
“Passion itu hanyalah tren. Jangan terlalu mengagungkan passion dan idealisme. Passion sebenarnya ya proses itu sendiri. Passion bisa tumbuh dengan memulai apa yang kita suka. Namun bisa juga bermula dari menikmati apa yang sedang kita kerjakan. Jangan terlalu banyak melihat ke atas, banyak-banyak bersyukur dengan posisi kita sekarang dan lihatlah ke bawah. Banyak orang di bawah kita yang mungkin sangat menginginkan apa yang kita miliki saat ini.” – dr Tirta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H