3. Tekan ego diri se rendah-rendahnya.
Untuk dapat melaksanakan poin dua dengan maksimal, seorang pemimpin perlu menurunkan egonya ketika menjalankan roda kepemimpinan. Hal ini merupakan langkah terberat bagi pemimpin (yang sejatinya adalah manusia). Mengapa? Manusia tidak hanya diciptakan memiliki akal, tetapi juga dilengkapi dengan nafsu.Â
Adanya nafsu ini yang membuat menusia selalu merasa ingin diakui, baik oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang lain. Keinginan itulah yang disebut dengan ego diri. Menekan ego berarti berlatih untuk bisa menerima hal-hal yang diluar keinginan diri.Â
Menurunkan ego dapat dilatih melalui hal-hal sederhana, seperti mencoba mendengarkan nasihat orang lain, mencoba memahami karakter orang lain, dan menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang, serta berusaha tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Ego akan selalu ada, tinggal bagaimana cara kita mengendalikannya.
4. Manajemen diri seorang pemimpin (Fokus pada pemecahan masalah, bukan kepada masalahnya).
Menjadi seorang pemimpin bukan tidak mungkin akan selalu menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan-permasalahan. Pada umumnya, jika seseorang dihadapkan dengan suatu masalah, maka ia akan langsung tertuju pada masalah tersebut.Â
Hal ini merupakan reflek manusia sebagai langkah pertama untuk berdamai dengan masalah. Akan tetapi, manusia seringkali lalai dan terjebak dalam masalah karena terlanjur larut di dalamnya.Â
Hal yang seperti itu lah yang seharusnya dihindari oleh seorang pemimpin. Belajarlah untuk dapat fokus pada solusi atau pemecahan masalahnya daripada berlarut dalam permasalahan tersebut.
5. Berikan kepercayaan kepada rekan kepemimpinan, untuk dapat bergerak bersama.
Dalam sistem sosial, kepemimpinan yang baik adalah yang pemimpinnya dapat bergerak bersama seluruh fungsionaris untuk dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.Â
Bukan kepemimpinan yang hasilnya baik, tetapi hanya digerakkan oleh segelintir fungsionaris atau bahkan oleh pemimpinnya saja. Untuk dapat merangkul segenap rekan kepemimpinan, maka diperlukan adanya sebuah kepercayaan. Jika serangkaian poin di atas sudah dapat dikuasai oleh seorang pemimpin, maka mencoba untuk percaya pada kinerja rekan kepemimpinan bukanlah hal yang sulit.Â