Mohon tunggu...
gembul Embul
gembul Embul Mohon Tunggu... Seniman - manusia yang haus akan ilmu

Berkelana, mencari sudut pandang orang lain, memahami, menulis, tidur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kiprah Pelajar Islam Indonesia Di Bumi Khatulistiwa

15 Januari 2025   02:45 Diperbarui: 15 Januari 2025   02:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

                                                           

                  Butiran sejarah telah mengukir cerita unik sejak lahirnya Indonesia merdeka. Tonggak juang kebebasan hakiki dirancang sedemikian rupa ketika penjajah menginjakkan kakinya ke negeri ini. Masa demi masa, generasi demi generasi, hari demi hari, kegelapan dari penindasan yang dirasakan semakin terasa amat perihnya. Sungguh suramnya bangsa ini, seakan-akan cahaya mentari tak mau lagi tampak sinarnya kala itu. Keberhasilan Belanda dalam upaya memecah belah umat islam yang disiasati oleh Snouck Hurgronje pada akhirnya membuahkan hasil. Salah satu hampir sebagian besar diantaranya umat islam yang menjadi sasaran utama yang terkena dampak parahnya kebiadaban penjajahan tersebut. Dalamnya luka teramat bagi negeri ini, membuat ketakutan tersendiri bagi para penjajah, lama kelamaan kebusukan itu disadari oleh tokoh-tokoh pemimpin bangsa, keyakinan itu diperkuat atas dasar kemunculan pemikir-pemikir notabene beragama islam dengan pembaharuan-pembaharuannya. Berbagai upaya perjuangan fisik maupun non fisik dilakukan untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan. Adanya faktor ajaran agama memotivasi umat islam seperti halnya “amar ma’ruf nahi mungkar” mengajak kejalan kebaikan melawan kebhatilan, menjadikan pendorong untuk menyikapinya lebih lanjut. Oleh karena itu para pemikir  bangsa baik dari golongan tua dan muda saling bahu-membahu menunjukan eksistensi kehadirannya ada ditengah-tengah perjuangan  pergerakan kemerdekaan.  Kaum pelajar kala itu tak lepas dari situasi pergolakan saat itu, dedikasinya meraba terbangunnya negri ini. Tak dipungkiri pergerakan masa pelajar mewarnai arah roda kehidupan bangsa, berbagai wajah mencuat kepermukaan dengan adanya berbagai macam wadah yang menaungi aspirasi-aspirasi masyarakat dan anak negeri terpendam dibenak mereka. Perasaan kebebasan muncul dengan adanya gelombang suara pergerakan yang mulai berani tampil dimuka umum. Beberapa organisasi pelajar perintis pergerakan dimasa tersebut. Semangat perjuangan tumbuh subur dilingkup organisasi pelajar pada generasinya. Layaknya darah-darah segar yang haus akan suara kebebasan.  Seolah-olah hembusan napas perlawanan berkobar tingginya membuat masyarakat bertanya-tanya dari mana api percikan itu. Kalangan kiri dan kanan berlomba-lomba menarik keikutsertaan masa peserta anggota, dobrakan demi dobrakan dari segala arah dijalankan bagaimanapun caranya. Perbedaan sudut pandang tidak menjadi halangan untuk menyurutkan tekad besar tersebut. Walaupun dalam perjalanan waktunya menjadi persoalan-persoalan yang tiada habisnya.

                   Kerapuhan juga terjadi pada pelajar itu sendiri, baik dari golongan santri akan kental budaya pondoknya maupun pelajar umum dari kebanyakan hasil doktrin didikan Belanda dan sekuler yang menjadi dilema waktu itu. Keresahan itu menjadi momok mengerikan yang tidak dapat dihindarkan lagi, perselisihan besar saling menyalahkan satu sama lain, tuduh menuduh tidak jelas latar belakangnya menjadi imbas dari timbulnya kekacauan itu. celotehan“kolot”, ”santri tekelan”, ”santri kudisan”, ”kafir”, ”pengikut Belanda!”dan sebagainya.  Di samping itu seringnya masalah yang terjadi, menjadi pekerjaan rumah tersendiri yang harus cepat terselesaikan, maka diadakannya konsolidasi terbuka untuk mendapatkan titik terang bersama-sama, jalan tengah diambil sebaik-baiknya dari kedua belah pihak yang bersangkutan .Keberhasilan pendirian wadah Pelajar Islam Indonesia didukung oleh para intelektual muda lainnya seperti Yoesdi Ghozali,  Anton Timur Jaelani, dan Amin Syahri mewakili divisi  kepemudaan GPII. Ibrahim Zarkasyi dan juga Yahya Ubeid mewakili Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS). Perkumpulan Kursus Sekolah Menengah Islam (Perkisem) Surakarta diwakili oleh Multazam dan Shwabi, dan Dida Gursida dan Supono NA mewakili Organisasi Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta. Lewat Prakarsa Joesdi Ghozali seorang mahasiswa fakultas Hukum STI sekarang dikenal dengan nama Universitas Islam Indonesia(UII). Keinginan untuk menyatukan pelajar Muslim dari sekolah-sekolah menengah sekuler dengan pelajar di sekolah menengah agama akhirnya tercapai kesepakatan bersama bangkitnya pertama kali pada tanggal 4 Mei 1947 dikota perjuangan Yogyakarta. Pada saat itu juga telah ada organisasi yang telah mewadahi kaum pelajar bernama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Namun organisasi tersebut tidak bisa mengakomodir aspirasi-aspirasi santri sehingga tidak dapat mempertemukan dua kelompok yang saling bertentangan, Ditambah kekecewaan kawan-kawan pelajar islam terhadap (IPI) dimana banyak didominasi dari aktivis dari kalangan kiri.

                Seringnya terdengar isu-isu miring dari kehadiran PII, akhirnya tercetus perjanjian Malioboro pada tanggal 9 Juni 1947 antara pihak Ikatan Pelajar Indonesia dengan Pelajar Islam Indonesia (PII). Kesepakatan itu berisi IPI mengakui hak hidup PII, kepada daerah-daerah dan cabang-cabangnya, membantu berdirinya PII di tempat yang belum terjamah. Tujuan utama terlahirnya PII uuntuk menyempurnakan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan nilai-nilai islam untuk seluruh umat manusia terlebih lagi bagi rakyat Indonesia pada umunya. Maka dari tugas pokok itu dilaksanakannya  tempat tempat pembinaan pribadi muslim, sarana prasarana meraih sukses studi, media berlatih berkembang, dan sebagai alat perjuangan bagi pelajar Islam. Tidak luput dari tinta emas ukiran sejarah banyak ditorehkan PII dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Diantara salah satunya pada Tahun 1947 agresi militer Belanda pertama dilancarkan, dalam agresi ini kader-kader PII terlibat langsung revolusi fisik. Relawan, kader, dan juga partisipan PII memutar pikiran untuk mengambil langkah selanjutnya. Tidak begitu lama kader PII Ponorogo menginisiasi harus terbentuknya korps badan otonom dalam barisan nama Brigade PII dipimpin langsung oleh Abdul Fattah dengan tugas utamanya membentengi organisasi dan menjaga serta mengamankan kekondusifan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sebagai wadah bagi pelajar untuk berjuang bersama dalam rangka mempertahankan  keutuhan bangsa dan wilayah negara Indonesia yang sedang genting kala itu. Jauh sebelum peresmian keaktifan brigade terdapat ketentaraan  pelajar dilingkup wilayah aceh dengan nama TPI(Tentara Pelajar Islam Aceh) dengan beranggotakan 12.000 serdadu yang langsung dibawah komandan Koordianator Pusat Pelajar Islam ndonesia. Korps barisan Brigade yang baru dibentuk tersebut langsung diterjunkan ke pos-pos medan pertempuran membantu perlawanan dengan ikut bergabung mendampingi Jenderal Soedirman dalam konfrontasi perang gerilyanya. Pada hari bangkit PII pertama tahun 1948 di Yogyakarta, secara khusus Jenderal Soedirman memberikan apresiasinya termaktub dipidato peringatan waktu itu "Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anakku di PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang telah diberikan oleh PII kepada negara. Teruskan perjuanganmu. Hai anak-anakku Pelajar Islam Indonesia, “Negara di dalam penuh onak dan duri, kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi, negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia.”

            

             Untuk mengakomodir pelajar keperempuanan dibentuklah Korps pelajar putri atau bisa dikenal dengan nama PII Wati. Berbeda dengan yang lain Korps PII Wati dibentuk khusus pembekalan para pelajar putri agar lebih cepatnya tanggap dan sepadan kualitas kader putri dengan kader pria PII lainnya. Penanaman dari keberlangsungannya nilai-nilai yang dipelihara memberikan dampak positif yang sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya pelajar itu sendiri.  Alasan jelas tersebut PII masih eksis hingga sekarang, budaya ketimuran yang tak pernah pudar hilang ditelan zaman. Pemupukan moral kepribadian anak bangsa diajarkan di PII melalui transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi budaya luhur bangsa. Konsistennya mencetak pemimpin bangsa yang tidak menyimpang dari ajaran-ajaran budi pekerti bumi Nusantara. Perubahan drastisnya zaman ke zaman tidak menjadi turunnya kualitas kader yang tercipta akibat hal tersebut. Karya-Karyanya segera dibuktikan disetiap tahap proses pengkaderannya. pemublikasikan penerapannya dengan diadakannya training, ta’lim, dan kursus kursus bagi pelajar sebagai upaya untuk membentuk pelajar yang berkepribadian muslim, cendikia, pemimpin. Moderenisas Pembentukan karakter, sikap, dan pengajaran yang dilakukan PII menjadi wajah baru didunia pendidikan. Kegiatan seperti leadership basic training(LBT), Intramediate Basic Training, Advance Training, adalah bagian dari banyaknya rentetan pengkaderan PII.  Keseharusan pelajar untuk memperolehnya tidak didapatkan ketika mereka pembelajaran disekolah. Kebosanan sistem pendidikan yang terlalu monoton menjadi biang keladi pelajar masa sekarang. Kehadiran PII membawa angin segar di dunia pendidikan. Isu-isu pendidikan dan kebudayaan adalah fokus utama yang sedang disoroti oleh Pelajar Islam Indonesia. Pendidikan untuk membangun sumberdaya yang berkualitas sedangkan kebudayaan sebagai ekosistem yang baik untuk pelajar. Sehingga solusi tantangan yang selama ini dihadapi oleh segenap para pendidik terjawab pada pengkaderan yang dilakukan oleh PII. Sudah banyak sekali tokoh bangsa dihasilkan dari penjaringan kader tersebut. Wakil presiden Republik Indonesia Dr. (H.C) Drs. H.Muhammad Jusuf Kalla, Prof. Dr. Mahfud MD, Ir. H. Muhammad Hatta Rajasa,diatara sekian banyaknya tokoh bangsa yang terlahir dari PII.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun