Mohon tunggu...
Dipa Wijaya
Dipa Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - pedagang

Bapak 5 anak, berusaha jadi nasabah prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemesraan Intel dan Bakso

10 November 2022   11:36 Diperbarui: 10 November 2022   11:44 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hubungan antara sebuah profesi dan sebuah makanan tidak ada yang melebihi intimnya hubungan antara intel dan bakso. Dua entitas berlainan jenis yang kerap terlihat seperti PSI dan PDIP. Mesra dan misterius.

Dalam podcast yang di gawangi oleh Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo atau lebih dikenal sebagai Deddy Corbuzier, mantan kepala Badan Inteljen Negara (BIN), A.M Hendropriyono, menjelaskan alasan stigma inteljen yang identik dengan bakso. Alasannya tidak lain karena memang inteljen bisa menyamar sebagai tukang bakso atau tukang siomay. Iya.. Cuma itu penjelasan beliau.

Beliau tidak menyebutkan tukang sate, tukang ketoprak, atau tukang mi ayam. Alasan tidak masuknya tukang sate dalam list penyamaran inteljen mungkin lebih dapat diterima. Tidak lain tidak bukan karena image tukang sate yang sudah terlalu lekat dengan Suzzanna. BIN tidak ingin merusak reputasi tersebut. Entah apa yang melatarbelakangi alasan kenapa ketoprak dan mi ayam tidak samarable menurut BIN.

Baca juga: Sakaw Eling-Eling

Jika kita punya waktu luang untuk menelaah permasalahan pelik ini agak lebih dalam, mungkin memang hanya tukang bakso yang punya SOP paling simpel. Makanan sejuta umat ini memang tidak berliku-liku dalam proses penyajiannya. Tukang bakso tinggal mencomot mi (itupun setelah si pembeli diberi pertanyaan "pake mi apa ngga neng?" sampai dua kali), mencimit seledri cincang, mencimit bawang goreng, menuang miwon secukupnya, mengambil beberapa butir bakso, dan menyajikan.

Sementara nun jauh disana, tukang ketoprak harus berjibaku demi terciptanya sebuah kesempurnaan tekstur bumbu kacang. Itu belum termasuk jika customer minta tambahan telor ceplok. Sangat menguras tenaga dan pikiran. Dikhawatirkan Sang Inteljen menjadi terlalu fokus dengan proses pembuatan sepiring ketoprak hingga akhirnya melupakan tujuan utamanya yaitu memetakan kondisi target.

Untuk menyamar jadi tukang mi ayam lebih njelimet lagi karena Sang Inteljen akan dihadapkan dengan empat jenis minyak dalam botol-botol polos tanpa dosa yang harus dihafalkan. Dari minyak bawang merah, minyak bawang putih, minyak kemiri, hingga minyak lada, semua memiliki urutan penempatan yang akan sangat berpengaruh pada citarasa semangkok mi ayam. Semangkok mi ayam yang diperoleh dari satu unit gerobak warna biru, akan mengundang kecurigaan pembeli jika memiliki rasa yang tidak sebagaimana mestinya, hanya karena intel lupa urutan penempatan minyak. Sang pembeli akan mencium gelagat tidak beres, penyamaran terbongkar, misi gagal.

A.M Hendropriyono menambahkan, meskipun tugas seorang inteljen adalah spionase hingga tak melakukan kontak fisik, seorang inteljen akan tetap dibekali pelatihan fisik untuk bertarung, menembak, hingga melempar pisau. "Mencari keterangan sampai dia tahu dan kenal betul siapa musuh, siapa rakyat, bagaimana kondisi medan, dan akses menuju jantung pertahanan" jelas beliau. Nah.. Disini rupanya pokok permasalahannya.

Ternyata pelatihan yang dibekalkan kepada seorang inteljen hanya meliputi latihan fisik untuk menghadapi sebuah pertarungan. Tidak terdapat pelatihan untuk menghadapi masalah yang lebih krusial di medan pengintaian, yaitu pelatihan "cara memasak street food". Sebuah elemen fundamental yang akan sangat mempengaruhi blantika penyamaran Indonesia. Dengan adanya pelatihan cara memasak street food, seorang inteljen akan mampu bermetamorfosis menjadi semua "kang". Bukan hanya kang bakso dan kang siomay, tapi juga kang batagor, kang mi ayam, kang gorengan, kang martabak, kang cilok, kang ketoprak, kang rujak, kang ghosting, dan kang-kang lainnya.

Tentu saja ini akan menciptakan atmosfir yang sangat positif bagi keberagaman Indonesia. Daftar tukang yang layak untuk di samarkan oleh intel akan lebih variatif, lebih berwarna, lebih beragam citarasa, lebih ber-bhineka. Kita semua selaku masyarakat taat pajak tentu sangat berharap jika ke depannya, dominasi tukang bakso sebagai calon tunggal daftar yang dapat disamarkan oleh inteljen akan segera berakhir. Sebagai sesama rakyat, tentu sangat memahami bagaimana perasaan saudara-saudara kita yang profesinya belum pernah tersentuh daftar samarable intel.

Inteljen yang melakukan penyamaran dengan berbagai profesi masyarakat memang sangat sesuai dengan syair lagu "cicak-cicak di dinding, diam-diam merakyat"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun