Mohon tunggu...
Dipa Wijaya
Dipa Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - pedagang

Bapak 5 anak, berusaha jadi nasabah prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sakaw Eling-Eling

9 November 2022   20:58 Diperbarui: 10 November 2022   09:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam khasanah kebudayaan lokal Banyumas, kuda lumping atau ebeg menduduki peringkat pertama disusul lengger dan calung, sebagai bentuk kesenian yang paling banyak mengundang penonton. Seni berupa tarian yang dilakukan sembari menunggangi sebuah anyaman bambu bergambar kuda ini selalu berhasil mengumpulkan ratusan kepala untuk berkumpul.

Sepertinya anggapan bahwa ebeg banyak mendatangkan penonton disebabkan karena pertunjukannya yang bagus, elegan, dan penuh pesan moral, harus dibuang jauh-jauh. Karena berdasarkan survei internal, 85% penonton ebeg ternyata adalah sesama pemain ebeg yang kangen dengan sensasi mendem atau wuru (Possession Trance Disorder).

Ebeg memang sangat lekat dengan aroma mistis. Misalnya seorang yang telah melewati tahap latihan menari, sebelum di lantik menjadi seorang Ebeg sejati lewat proses inaugurasi resmi, harus menjalani sebuah proses bernama Sowan Panembahan. Kegiatan berupa ziarah ke makam leluhur yang biasanya terletak di puncak sebuah bukit dan tentu saja tempatnya sangat recomended untuk dijadikan lokasi syuting uji nyali.

Umumnya makam yang di ziarahi berupa nisan yang tampak sangat tua dan dipenuhi lumut, di naungi pohon besar yang rimbun daunnya menahan hampir 100% cahaya matahari sehingga menyebabkan tingkat kelembaban yang sangat tinggi, terdapat lelehan kemenyan yang sudah mengeras di beberapa sudut lokasi, aroma mistis yang disuguhkan oleh minyak wangi merk "AIR MATA DUYUNG" juga memenuhi seantero kawasan. Jiwa tanpa tekad kuat untuk menjadi Ebeg Warrior, sangat disarankan untuk tidak mengunjungi lokasi ini, karena bagi orang awam, pasti baru 3 menit akan segera melambai ke kamera, dalam kondisi wajah sepucat menteri membaca surat reshuffle dengan tanda tangan yang menyiratkan angka 1681.

Dalam prosesi Sowan Panembahan, sang calon ebeg didampingi seorang Goni (guru), yang umumnya juga merangkap sebagai ketua grup. Peran seorang Goni dalam per-ebeg-an duniawi setara vitalnya dengan peran menteri kemaritiman dalam sebuah negara. Tugasnya meliputi "memperkenalkan" calon ebeg kepada roh leluhur pada saat prosesi Sowan Panembahan, jika roh leluhur berkenan dengan si calon ebeg, tugas Goni berlanjut untuk memasukkan Indang (Password untuk masuk ke portal dimensi ke-3 yang disebut mendem atau wuru). Seorang Goni bertanggung jawab penuh kepada hidup seorang ebeg sewaktu Sang Ebeg sedang berada dalam kondisi mendem, karena hanya Goni yang dapat menyembuhkan ebeg dari fase kesurupan ini.

Seseorang yang sudah memiliki Indang, akan mengalami sakaw hanya karena mendengar sebuah gending berjudul "Eling-Eling". Ini yang menyebabkan sebuah pertunjukkan ebeg di daerah saya berakhir hingga jam 10 malam. Penyebabnya tidak lain karena 85% audience yang hadir ternyata sesama ebeg warrior juga. Dapat dibayangkan ketika dari 500 orang penonton, 425 nya tiba-tiba berguling ditanah dengan bola mata mendelik ke atas dan tangan mengacung kaku ke belakang. Sisanya tinggal Bi Karti yang jualan pecel, Uwa Dirah yang jualan cau, Lik Tinah yang jualan mendoan, Pak Sirwan yang jualan balon Masha, dan keluarga mereka yang sedang membantu berjualan.

Kondisi yang tercipta sangat jauh dari bayangan kegembiraan sebuah pertunjukan kesenian. Lebih mirip masuk ke serial Walking Dead dengan zombie yang lebih powerfull. Permintaan gending yang berlainan antara ebeg satu dan ebeg lainnya membuat penayagan (penabuh gamelan) kebingungan. Konsekuensi dari tidak dimainkannya gending permintaan ebeg dalam kondisi mendem adalah sang ebeg akan mengamuk, bahkan dalam beberapa kasus pernah terjadi ebeg mengamuk dan menginjak-injak gamelan sehingga pertunjukan langsung bubar. Ebeg dengan kebiasaan mendem semacam ini biasanya akan dilarang mendatangi pertunjukan ebeg dimanapun. Mungkin ebeg semacam ini sudah kenyang dengan komentar teman-temannya yang bilang "Lo mendemnya rese.. ngga asik..".

Dalam kondisi chaos ini, grup ebeg yang datang tanpa antisipasi situasi, hanya disertai seorang Goni yang memang ketua rombongan ebeg yang bersangkutan. Kondisi umum dari Goni yang biasanya seorang pria dengan usia lebih dari 60 tahun, menyebabkan tekanan luar biasa berupa kelelahan fisik yang sangat terlihat. Seperti halnya Mbah Wirya yang saat itu harus menyembuhkan 425 orang dari mendem-nya. Beruntung Lik Wartam sang penabuh saron berinisiatif untuk menghubungi Goni dari beberapa grup ebeg kompetitor. Dari 18 orang yang dihubungi, hanya 3 orang yang dapat hadir ke medan konflik.

Bertandan-tandan kelapa muda di petik secara terburu-buru tanpa memperdulikan siapa pemiliknya, bunga-bungaan sebagai pengganti bunga mawar yang selalu jadi menu favorit sang ebeg, dipetik secara random dari rumah warga terdekat, genteng rumah yang tidak terpakai didatangkan dari segala penjuru kawasan, semua demi memenuhi selera makan sang ebeg.

Umpatan kasar tak henti keluar dari mulut keriput Mbah Wirya.. B***SAT, A*U, J**BUT, GATHEL, CELEK.. seolah memang bagian dari kalimat mantra yang digunakan untuk menyembuhkan kondisi kesurupan. Beliau sangat tidak menduga kodisi akan berubah menjadi sangat brutal.

Sementara ebeg resmi yang termasuk anggota grup (sekitar 20 orang) sudah pulih semua, ratusan ebeg ronin (ebeg tanpa tuan), semakin beringas dengan permintaan semakin nyeleneh. Ebeg dengan Indang kethek (kera) meminta tiang dari bambu untuk dipanjat, ebeg dengan Indang macan meminta ayam hidup untuk di mukbang, ebeg dengan Indang putri meminta seperangkat alat make up untuk bermetamorfosis menjadi Lucinta Luna.

Baca juga: Resepsi Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun