Setelah perjuangan melelahkan selama kurang lebih 8jam, (umumnya ebeg mengalami mendem sekitar jam3 sore dengan perhitungan upaya penyembuhan hanya butuh waktu 1jam sehingga jam4 sore pertunjukan sudah selesai) akhirnya ratusan ebeg liar yang tak di undang itu dapat disembuhkan. Mbah Wirya nglenggosoh (duduk menyandarkan badan seolah seluruh tulang menjadi lunak) dibawah tiang gawang.. Energinya terkuras.. Kang Wartam menghampiri dengan membawa segelas besar es kuku bima anggur.
"De inum disit kie Wa.. Mbok menawa ana bedane.." ("Di minum dulu ini Pakde.. Siapa tau ada bedanya..") ujar Kang Wartam selembut mungkin.
"A*U BUNTUNG!!! Ujarku kon ora usah pada ngeneh.. nambah-nambaih pegawean!!!" ("A*U BUNTUNG!!! harusnya mereka tidak usah ke sini.. menambah kerjaan saja!!!")
"Sabar Wa.. genah ebeg kue ramene angger kayakie.. Ngko bar kie tuli grupe dewek kondang.. dadi laris.. jalbae sih.." ("Sabar Pakde.. memang ebeg itu ramenya jika seperti ini.. Nanti setelah ini pasti grup kita jadi terkenal.. jadi laris.. coba saja..") ucap Kang Wartam terus berusaha menenangkan Mbah Wirya yang masih sangat kalut.
Mbah Wirya tak menjawab.. menghela nafas.. menyalakan sebatang gudang garam merahnya..
Kang Wartam ikut terdiam.. dan teringat pesan Whats App yang dikirimkannya kepada semua ketua grup ebeg di wilayah Banyumas..
"Dimohon kehadirannya beserta seluruh anggota dalam rangka menyaksikan pentas perdana grup Turangga Setya".
Setidaknya ada 18 orang ketua grup ebeg di Banyumas yang menjawab "SIAP BOS" dengan emoticon kepala berkacamata hitam dan jempol.
Sensasi nikmatnya mendem memang hanya dapat dirasakan oleh Sang Ebeg, tetapi sebelum di klaim oleh malaysia (lagi), pihak terkait harus segera mendaftarkan Ebeg ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H