Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedikit Cerita 5 Tahun Ngompasiana

26 September 2015   21:13 Diperbarui: 26 September 2015   21:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="banner-karena-kompasiana"][/caption]

 

Awal bulan September 2015 lalu, kompasiana merilis sebuah blog competition dengan judul Karena Kompasiana, Saya…. Blog competition ini memang dalam rangka menyambut Kompasianival 2015 yang nanti katanya akan dilaksanakan di Gandaria City. Kompasianival tahun ini menandakan usia kompasiana yang ke 7. Mungkin itu sebabnya kompasiana mengusung hashtag #kompasiana7.

Saya pun jadi mengingat-ngingat kembali awal-awal bersentuhan dengan Kompasiana. Iya, saya bersentuhan dengan Kompasiana karena ketika itu saya sedang dirundung kegundahan dan kegalauan. Ketika itu antara tahun 2010 dan 2011 saya terlibat dalam sebuah project yang kusut. Saya sebut project tersebut kusut lantaran saya dan tim gagal menyelesaikan project tersebut. Pada saat menjalani project tersebut, saya benar-benar mengalami ketidaktenangan hidup. Hari-hari saya sungguh membosankan, berangkat, ngoding, testing, pulang.

Malamnya saya mengisi jiwa yang bolong ini dengan berselancar maya. Perkenalan dengan kompasiana pun dimulai di sini. Saya sering nyangkut pada artikel-artikel yang menurut saya keren dan berbobot. Setelah sering melancong ke kompasiana, saya akhirnya mendaftarkan diri pertanggal 27 November 2010. Banyak profile yang saya add agar tulisan-tulisan mereka mampir di dashboard saya, sehingga tulisan mereka bisa segera saya baca.

Mengenal Fiksi dan Berfiksi

Tulisan awal saya baru muncul nyaris satu tahun setelahnya pada tanggal 8 Juni 2011. Saking aktifnya baca-baca kompasiana pada saat itu, hampir setiap link yang nangkring pada tulisan selalu saya klik. Hingga saya nyangkut pada sebuah Facebook Group Fiksiana Community. Sampai akhirnya saya didapuk untuk menjadi salah satu admin di sana karena saking aktifnya. Kisahnya bisa dibaca pada tulisan saya berjudul Saya dan Fiksiana Community.

 

[caption caption="fiksiana-community"]

[/caption]

 

Aktif sebagai admin FC tentu saja menggali hasrat saya untuk menulis dan belajar fiksi. Awal saya aktif, saya ditantang menulis puisi oleh Sekar Mayang sebelum berkolaborasi. Ada puisi-puisi kolaborasi saya dengan 4 kompasianer wanita yang ca’em dalam memenuhi tantangan Festival Puisi Kolaborasi. Sungguh serius ternyata pembuatan puisi kolaborasi ini. Pasangan pertama, saya bersama Desi Dian Yustisia menelurkan Balada Sarimin dan Secangkir Hangat untuk Gerimis. Pasangan kedua, saya bersama Sekar Mayang menghasilkan satu puisi berjudul Lautku Canduku. Selanjutnya yang ketiga saya berpasangan dengan Ni Ketut Tini Sri yang berhasil berkolaborasi menghasilkan Gelora Rindu dan Peluh Senyum Penjual Serabi. Yang terakhir bersama Syair Senja menghasilkan puisi berjudul Pijar Ikrar.

Selain berpuisi, hasrat berfiksi saya juga saya hadirkan dengan bentuk cerita mini dan cerita pendek. Selain karena event-event fiksiana community, hasrat berfiksi saya juga muncul lantaran perangff yang beberapa kali ramai di wall Facebook Group Desa Rangkat. Karena ini saya jadi benar-benar gandrung pada cerita mini. Terlebih ketika mengenal FF100K. Adalah kepanjangan dari Flash Fiction 100 Kata. Artinya dalam sebuah tulisan cerita mini hanya memuat sebanyak 100 kata saja. Dari mulai cerita lucu, cerita ngeledek, hingga yang agak serius dari cerita mini yang saya buta saya rangkum semuanya pada tag racau gemblonk.

 

[caption caption="desa-rangkat"]

[/caption]

 

Selain puisi, cerita mini dan cerita pendek, saya juga tertantang untuk menulis novel. Keinginan untuk menulis cerita yang panjang ini sebenarnya muncul karena keinginan pribadi untuk mengasah diri. Perlu diketahui, untuk menghasilkan sebuah novel bukanlah hal yang mudah. Bayangkan saja rata-rata novel berisi setidaknya 50.000 kata. Dalam sebuah cerita, baik itu cerita mini atau pun cerita pendek, punya yang namanya plot. Plot berisi awal, konflik hingga yang terakhir penyelesaian konflik dan penutup.

Perlu diingat, ketika membuat cerita berbentuk novel, penulisnya butuh waktu panjang untuk menghasilkannya. Keadaan emosi dan mental si penulis mempengaruhi hasil cerita yang dihasilkan. Sungguh sulit ketika penulis yang dalam keadaan patah hati lantaran baru putus lalu dipaksa untuk menulis bab untuk novel horor. Pasti hasilnya bakal jomplang. Pasti berasa ada yang hilang.

Itulah yang saya alami ketika berkolaborasi dengan Ajeng Leodita ketika membuat novel dengan judul Penggenggam Jasad. Ada saja halangannya. Ajeng tiba-tiba mengalami sakit parah. Saya tiba-tiba kere’ hingga tidak punya akses internet sama sekali. Terus lagi Ajeng galau. Terus saya galau. Pokoknya macem-macem tantangannya hingga akhirnya kami memutuskan bahwa project novel ini gagal.

Berkomunitas, berkawan, bersahabat

Seperti yang saya ceritakan di atas, hingga saat ini saya tercatat sebagai admin fiksiana community. Walau pun sekarang saya sudah sulit sekali untuk ikut nimbrung acara online di FC, namun sebisamungkin saya akan hadir untuk mewakili FC di Kompasiana. Dari FC ini, pertemanan saya bertambah banyak. Kawan-kawan saya semakin bertambah banyak dan melebar lintas bidang.

Saya yang berkecimpung di dunia IT sungguh menjadi kesenangan ketika berkawan dengan guru/dosen, editor, bos pasar hingga dokter. Ketika bergaul dengan semuanya menambah wawasan saya. Kalau sudah ngobrol pasti ngalor ngidul kemana-mana.

Selain bermain dan bergabung dengan FC dan Desa Rangkat, saya juga pernah ikut membantu acara yang diadakan oleh ID KITA kompasiana. Acara yang pernah saya ikuti adalah soal parenting digital. Ya sebut saja begitu. Acara itu dihadiri oleh istri-istri gubernur seluruh Indonesia. Saya lupa waktu itu sedang ada acara apa sehingga gubernur-gubernur hadir di Jakarta sehingga istri-istrinya bisa ikut dalam rangkaian acara ID KITA.

Acara ID KITA tersebut dihadiri menkominfo Tifatul Sembiring dan mentri pemberdayaan perempuan Linda Amalia Sari. Selain bertemu dan merasakan langsung aura dari dua mentri tersebut, saya juga bertemu dan merasakan langsung aura dari istri Jokowi, Iriana. Benar memang beda kalau aura orang-orang besar.

Selain dekat karena acara komunitas ini, saya juga pernah bermalam di rumah kawan kompasianer. Bermalam di kantor sekaligus rumah di daerah Sawangan bersama kawan KAMPRET. Ngobrol ngalor ngidul sampai pagi di villa di Bandung. Atau sekedar ketemuan di tempat mereka bekerja. Semuanya punya cerita lain. Tak jarang justru banyak sisi lain dengan nilai berbeda dibandingkan dengan artikel yang ditulis.

 

Kompasiana dan Pernikahan saya

Selain bertemu dengan kawan-kawan di komunitas, saya juga tentu menambah kawan pada setiap kesempatan acara offline yang digelar kompasiana. Salah satu acara offline kompasiana yang berkesan buat saya adalah Kompasiana Coverage : Berlian Julia Jewelry untuk Pernikahan.

 

[caption caption="julia-jewelry"]

[/caption]

 

Resume saya yang berjudul Julia Jewelry : Cincin Wedding dengan Harga Bersaing berhasil meraih juara dan berhak atas hadiah liontin berlian dari Julia Jewelry. Saya yang waktu itu sedang merencanakan pernikahan tentu menjadikan liontin berlian dari Julia Jewelry itu sebagai tambahan mahar. Dan tentu saja membantu saya untuk meringankan beban mahar. Benar kata orang-orang, kalau sudah yakin ingin menikah, rezeki kadang datang dari hal-hal yang tidak terduga.

Selain karena liontin dari Kompasian Coverage bersama Julia Jewelry tadi, pernikahan saya dibuat sangat berkesan oleh sahabat-sahabat dari Fiksiana Community. Sebutlah Desy Desol yang menggagas sebuah event bernama PDKT. Event ini digagas jelang pernikahan saya. Terimakasih Desy, Terimakasih kawan-kawan yang ikut event ini. Segala ending dari cerita-cerita yang hadir punya senyum tersendiri dari saya dan istri. Sekali lagi terimakasih banyak.

 

[caption caption="cover-pdkt"]

[/caption]

 

* * *

 

Setelah Kompasianival 2015 nanti adalah jelang tahun ke 6 saya bersama Kompasiana. Kawan kompasianer datang dan pergi mengisi kisah tersendiri dalam jenjang masa hidup. Ada yang menghadirkan tawa dan ada yang menghadirkan haru. Entah apa yang akan terjadi tahun-tahun mendatang. Semoga semangat saya untuk menelurkan sebuah novel bisa muncul kembali dan segera terwujud. Dan semoga kawan-kawan kompasianer semakin bertambah dan semakin sering berbagi manfaat.

 

ghumi,
Depok - 20150926

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun