Pak Edy sang RW Rangkat yang terkenal bersahaja dan santun tampak berbeda sore ini. Kedua kakinya dipacu bergantian cepat. Berjalan tergesa. Sinar matanya tajam dan tegas menengok kanan kiri mencari-cari. Wajahnya tegang khawatir, menyisir setiap kios di Pasar Rangkat. Sampai pada sebuah kios keripik, ia kemudian menghentikan langkahnya.
"Sekaaaaaarrrr...", Sambil mengetuk kaca etalase dengan cincin ali sebesar jempol gajah berulang-ulang.
"Sebentaaar..", Terdengar suara dari dalam kios, yang tak lama kemudian muncul Sekar dengan sisa liur di pipi kiri. Wajahnya terlihat malas seperti orang baru bangun tidur.
"Kamu lihat Ajeng?"
"Ajeng? Sejak pagi saya tidak melihat Ajeng pak, padahal kami sudah janji ingin adu cepat memanjat pohon kelapa di kebun Ki Ade di pinggir kali."
"Duh.. Kemana ya anak itu?!? HEH GARONG..!! KAMU LIHAT AJENG?!?", Dengan tangkas Pak Edy langsung bertanya pada Garong yang sedang mencuci mangkok bakso.
"Sial.. lagi seru-serunya nyuci mangkok malah dibentak-bentak..", gumam Garong dalam kalbu.
"Hari ini saya belum melihat Ajeng Pak. Memang Ajeng sedang ke mana?"
"Entahlah. Tadi pagi disuruh mamahnya beli keperluan dapur dan stok perlengkapan mandi"
Hening. Ketiganya tampak melamun kosong memikirkan kemungkinan keberadaan Ajeng. Terlebih mengingat kemungkinan tingginya kebencian Ajeng terhadap Garong yang dapat mengakibatkan haramnya menginjakkan kaki di Pasar Rangkat.
"AHA..!!!", Garong setengah teriak.
"????"
"Mungkin di toko retail samping pasar sana pak. Nanti coba saya ke sana ya."
"Jangan nanti. Sekarang saja!", Perintah Pak Edy setengah lesu.
Setelah merapihkan celana panjang yang digulung saat mencuci piring, Garong dengan segala ketampanannya pergi meninggalkan Sekar dan Pak Edy yang terpesona. Menuju toko retail samping pasar.
* * *
Sepuluh menit sudah Garong berjalan. Petunjuk toko retail sudah terlihat dari kejauhan. Warna merah dan biru dengan latar berwarna putih menggantung gagah pada tiang berwarna biru. Dia semakin dekat dengan toko retail tersebut. Langkahnya semakin cepat.
Tidak jauh dari toko retail tersebut, Garong terbelalak. Tubuhnya kaku, matanya melongo dan mulutnya melotot. Ajeng duduk persis di depan toko retail. Rambutnya awut-awutan semi gimbal sedikit pirang. Wajahnya kusam. Matanya sayu. Kedua kakinya ditekuk dengan lutut menyentuh dada. Garong mendekatinya.
"Ajeng?!?", Tanya Garong heran.
"????", Ajeng menoleh.
"Ngapain di sini?"
"Nunggu tokonya kosong."
"Lah?!? itu tokonya kan kosong. Masuk aja. Ngapain nunggu di sini?!?", Garong berusaha meyakinkan setelah melongok ke dalam.
"Kamu gak bisa baca?!? itu liat tulisan di gagang pintunya. Tokonya penuh tauk."
"Yang mana?"
"Itu tulisan Pull. Berarti kan tokonya penuh."
Gubrak
"Pull itu maksudnya cara membuka pintunya, artinya tarik, kalau penuh itu Full sebutannya", Ucap garong dalam posisi terlentang.
"Ooooooohhh", mengangguk dengan wajah tidak berdosa.
________________________________ , kenapa gak pake bahasa Indonesia aja sih?!? Heran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI