“Kayaknya dari atas situ tuh.. Kita kan sempet lompatin batang pohon itu..”, Sani menjelaskan sambil memberikan senter pada Brandon dan Hidayat.
“Kita harus kembali ke titik awal kita mulai mengejar bayangan yang tadi pagi dulu berarti.. Sambil mencari kemungkinan titik pisah Galuh dan Alan..”
“Ngobrolnya sambil jalan aja..”
* * *
“Ada apa Lan?!?”, Galuh mendekati Alan, “…….”
Galuh sontak memegang tangan Alan. Ia bergeming.Berdiri di samping Alan.Ada sosok jasad tergolek di sana. Jasad seorang wanita paruh baya. Wajahnya oval tegas, alis tebal dan bibir tipis. Ada rambut putih pada sela-sela rambut hitamnya yang disanggul. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, perawakannya juga tidak kurus. Berbalut kebaya merah menyala dengan bordiran kembang melati pada bagian bawahnya.
Sementara pada bagian bawah tertutup dengan kain motif batik gelap.Tangannya melipat diantara dada dan perut. Terselip di sana bunga melati berwarna putih yang sudah agak kekuning-kuningan.
“Ini siapa?!?”, Galuh berbisik.
“Aku juga gak tau.. ”
“Coba lihat itu..”, Galuh menunjuk sesuatu selurus peti.Terdapat sebuah meja tua persegi di sana dengan dua batok kelapa di atasnya.
“Coba lihat ini. Di tengah-tengahnya ada bercak kotak yang tidak berdebu..”