Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Kekang Kasih Ayah

13 Februari 2012   20:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13291633461481309893

[caption id="attachment_160966" align="aligncenter" width="320" caption="(sumber : http://4.bp.blogspot.com)"][/caption]

Hari ini adalah hari terakhirku berkumpul bersama kawan-kawanku. Kami banyak menghabiskan waktu selepas pengumuman Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru dua minggu lalu. Awal Agustus nanti mereka sudah harus berada di kota tempat kuliah masing-masing. Arjun berhasil masuk Teknik Informatika di sebuah Universitas ternama di Bandung. Dian dan Alma sukses menembus Hubungan Internasional dan Ilmu Politik di Yogyakarta. Sementara aku hanya diijinkan di sebuah Universitas swasta yang tidak ternama oleh ayahku.

“Sayang banget skill berbahasa inggris kamu Ran, padahal bisa keterima juga di HI bareng aku di Yogya”, Kalimat itu yang sering diucapkan Dian padaku.

Biarlah, ayahku tak akan pernah mengijinkanku jauh darinya. Semenjak 2 tahun lalu ibuku meninggal karena kanker serviks. Ayah semakin awas padaku. Tak pernah aku diijinkan pergi jauh dari rumah. Bahkan untuk acara perpisahan sekolah saja yang hanya empat jam dari rumah saja tak diijinkannya. Banyak alasan ku berikan padanya, bahkan teman-temanku pun tak sanggup meluluhkan hati ayahku.

* * *

Ini hari pertamaku di Universitas ini. Universitas dimana ayah menyarankanku ke sini karena informasi dari kawannya Om Ashfar. Bahasa Inggris pilihanku. Mungkin lebih tepatnya sebuah sekolah tinggi yang mungkin tak layak disebut sebuah sekolah tinggi. Hanya berlantai tiga dengan bangunan yang lebih mirip dengan sebutan rumah toko. Ayahku selalu bilang kalau ilmu bisa didapat di mana saja, bahkan dari tempat kumuh sekalipun. Aku tak pernah meragukan ucapan ayah yang satu ini. Dia benar. Banyak ilmu yang kudapat dari tempat ini.

Ayahku tak pernah sekalipun mengendurkan pengawasannya dariku. Setiap berangkat, aku selalu diantarnya. Bahkan kalau sempat, pulangpun ayah yang antar. Malu rasanya pada teman-teman kampusku. Mereka terlihat mandiri dengan motor maticnya. Sementara aku selalu diantar oleh ayahku.

* * *

Sekarang aku menginjak semester empat. Artinya, Romi adik lelakiku akan menginjak bangku kuliah. Romi adikku itu berhasil menembus Teknik Telekomunikasi di sebuah politeknik di Bandung. Kupikir ayah tak akan mengijinkannya sama sepertiku. Tapi nasib Romi berbeda denganku. Dengan sumringah, ayah jelas mengijinkannya pergi jauh meninggalkan rumah. Anak lelaki harus merantau katanya. Harus mengalami hidup keras di luar sana.

Seketika itu pula aku beradu mulut dengan ayah. Aku merasa ayah tak berlaku adil. Romi diijinkan. Sementara aku tidak. Aku merasa seperti dalam kekangan ayah dengan segudang pekerjaan rumah yang tak mengenakkan. Jangankan menghadiri acara pesta ulang tahun seorang teman kampus, pulang lebih dari jam 8 malam saja pasti disambut dengan beribu tanya ketus dari ayah.

* * *

Setiap libur semester. Hampir pasti aku akan bertemu dengan Dian, Alma dan Arjun. Dian dan Alma menceritakan kehebohan festival di Yogya kala itu. Meriah. Dengan gegap gempita beribu masyarakat Yogya yang hormat pada Sultan dan meramaikan Festival. Pengalaman mereka mengamen di warung-warung makan di jalan Malioboro untuk mencari dana kebutuhan kegiatan kampus.

Sementara Arjun tak mau kalah. Ia bertutur soal keramaian di Bandung. Dari mulai ragam nama makanan yang asing di telinga, sampai jenis-jenis acara musik indie yang sering dia sambangi di kafe-kafe. Dari panasnya air panas di daerah Ciwidey, sampai cerita gemeretak gigi menggigil di sebuah resto di Lembang.

Aku yang tak kemana-mana hanya bisa gigit jari mendengar cerita mereka bertiga. Terlebih ketika mendengar percakapan ayah dengan Romi. Ayah sangat antusias sekali mendengar cerita Romi. Tidak padaku yang hanya sering diperintah untuk ke dapur atau ke tempat cuci.

* * *

Dengan santai ku terduduk pada halte depan kampus. Aku terbiasa dengan suasana jalanan sore. Karena memang di sinilah tempat aku menunggu ayah menjemput untuk pulang ke rumah yang kental dengan kekangan ayah. Sore ini tampak lebih sendu. Ditambah dengan turunnya hujan membuatku melamun. Seandainya saja aku bisa seperti teman-teman dan adikku yang bebas menikmati dunia luar. Menikmati kebebasan tanpa kekangan ayah. Tidak seperti sekarang. Kurasa seperti kupu-kupu.  Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang.

Aku tertegun, lamunanku rusak seketika karena sebuah teguran. Bang Rocky namanya, kami memang jarang sekali berbincang. Bertegur hanya sesekali saja, itupun hanya sebatas 'hai' saja. Namun kali ini lain, ia menegurku dengan ramah. Senyumnya seolah memperkosa dengan lembut.

"Hai Kiran, dari tadi aku lihat sendirian aja.. Ada apa gerangan?!? Cantik-cantik kok malah bengong?!? Pamali tauk!?!", Sapanya.

"Ah.. Enggak apa-apa kok.. Cuma lagi nikmati teduhnya hujan sore-sore saja.. Tumben ada di sini? Biasanya ngelayap sama nongkrong-nongkrong kerjanya.. Kan anak gaol..", Jawabku sambil tersenyum sekenanya. Bang Rocky ini senior tiga tahun di atasku yang belum lulus. Dia selalu disibukkan dengan kegiatan pecinta alam. Sering kudengar kalau banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya. Sosok pria macho pemberani dan tampan dengan penampilan yang acuh.

"Malam tanggal 13 nanti diner yuk?!? Malam valentine sudah punya pasangan belum?", Sontak kaget aku mendengar tawarannya. Seorang mahasiswa populer yang jadi pujaan banyak mahasiswi mengajakku untuk berkencan. Ajakannya membuatku tak karuan. Mana mungkin aku dibolehkan keluar malam oleh ayah.

"Ng.... Liat nanti deh bang...", Aku tak berani memastikan menerima tawarannya. Aku takut dengan ayah.

Tinnn.. tiiiinnn..

Suara klakson mobil ayah seolah menandakan percakapanku dengan bang Rocky harus diakhiri. Seperti biasa ayah selalu menjemputku. Aku bangkit dari tempat dudukku, memasangkan hoody menutupi kepala untuk kemudian menghampiri mobil ayah. Kubuka pintu mobil dan duduk di sebelah ayah.

"Siapa tadi Kiran?", Ayah langsung bertanya begitu aku masuk, "Celana sobek-sobek, rambut gondrong, baju urakan.. Jangan bergaul dengan lelaki model itu..! Berandal dia!", ayah mengingatkan.

"Dia bang Rocky yah.. Baik kok orangnya.."

"Sudah jangan banyak bantah..! Lihat aja dandanan dia.. Ayah bisa jamin kalau dia bukan lelaki baik..! Jangan dekati lagi.."

"Iya ayah.. Maaf.. Kiran akan menjauhi dia.."

"Nanti tanggail 13 sampai 15 ayah ada dinas ke luar kota.. Kamu jangan macam-macam.. Ayah gak mau dengar cerita kamu kelayapan.. Ingat ya"

"Iya ayah..", Sungguh aku senang mendengarnya. Berarti selama 3 hari nanti aku akan terbebas dari ayah. Ingin rasanya aku berteriak. Namun keriangan ini hanya bisa dalam hati saja.

***

Esoknya di kampus, aku bertemu kembali dengan bang Rocky. Ia tampak semangat sekali bertemu denganku.

"Gimana ajakanku kemarin? Mau ya dinner malam valentine bareng aku..?!?", Sekali lagi ia mengulangi ajakan yang kemarin sore.

Aku sudah mantap sekarang. Terlebih setelah mendengar kalau ayah akan dinas keluar kota sampai tanggal 15 nanti, "Aku bisa bang..", mendengar jawabanku, senyum bang Rocky langsung merekah. Wajahnya seketika ceria.

"Okeh.. besok malam aku jemput jam tujuh malam ya..", masih dengan senyum manisnya. Gigi putih rapihnya seolah menyapa.

* * *

Jam tujuh malam aku dijemput Bang Rocky. Ia datang dengan motor balap besarnya yang berwarna merah api. Debar jantung gembiraku mengiringi kami menuju kafe. Angin malam tak terasa dingin. Malam itu aku senang. Aku gembira. Bisa menghabiskan waktu bersama Bang Rocky. Tanpa kekangan ayah. Tanpa omelan ayah. Malam ini aku bebas.

Kami sudah tiba di depan mulut kafe. Disambut teman-teman kampus yang bingung menatapku. Baru kali ini mereka melihatku keluar malam katanya. Mereka berpasang-pasangan, beradu badan dan saling memeluk pasangan. Sementara aku dan Bang Rocky hanya bergandengan tangan sambil berjalan masuk menuju dalam kafe.

Di dalam tampak remang dengan kilatan-kilatan lampu yang sesekali menyilaukan. Aroma samar asap rokok menggoda hidungku sedari masuk tadi. Gegap gempita suara musik berdegub-degub kencang senada degub jantung. Nyaris memekakkan telinga.

Bang Rocky tampak menuju sebuah meja seperti kasir, kemudian ia datang membawa minuman dua gelas. Satu gelas diberikan kepadaku, kemudian ia duduk di sebelahku. Kami berbincang. Tubuh kami bertempelan. Bahu kami bersentuhan. Sesekali kami tertawa lepas. Sesekali pipi kami bersentuhan. Lamat-lamat aku terasa hanyut. Selepas berdansa, aku merebah pada sofa, kemudian gelap.

* * *

Kubuka mataku perlahan, buram. Aku berada di atas kasur dengan seprai merah-jingga. Aku berada di kamarku. Ku paksakan bangun dengan kepala pusing. Aku melihat ayah tertidur pada meja belajarku. Aku tak mempedulikannya. Aku menuju dapur untuk mengambil minum. Di mulut dapur, aku berpapasan dengan Icha adikku yang bungsu.

Kak Kiran sudah bangun? Kak kiran ngapain semalam? Kakak tak sadarkan diri di kafe semalam. Om Ashfar membawa kakak pulang. Lihat ayah, dia sampai harus pulang pakai pesawat dari dinas luar kotanya karena kakak.Coba kakak lihat mata ayah. Semalaman menangis. Matanya sembab.

Tangisku pecah seketika. Kupikir kejadian semalam bersama Bang Rocky hanya mimpi. Aku malu. Aku telah mengecewakan ayah. Ayah benar. Bang Rocky bajingan. Aku langsung menuju kamar menyelimuti ayah. Menatap matanya yang sembab karena menangis. Mengecup keningnya.

Terimakasih ayah. Kiran sayang ayah

_____________________________________ , No 2. Ghumi + Whabink Sutan Malano NB : Untuk melihat hasil karya KCV yang lain silahkan lihat pada postingan Inilah Kumpulan Kolaborasi Cerpen Valentine. Bergabung bersama di Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun