Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Eskrim] Hari Ibu, Memanjakan dengan Makna Kebangkitan Perempuan dan Persamaan Hak

21 Desember 2011   08:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:57 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Ibu biasanya dimaknai kebanyakan orang dengan memanjakan sang Ibu selama sehari, entah itu membiarkan ibu duduk santai didepan televisi, atau sekedar membaca buku. Pokoknya sang ibu bisa bersantai seharian. Dan yang melakukan pekerjaan rumah adalah anak-anaknya. Mengepel, mencuci baju, mencuci piring dan lain sebagainya.

Yaa itung-itung merasakan kesulitan pekerjaan ibu sehingga timbul rasa untuk lebih menghargai pengorbanan yang dilakukan. Karena bagi sebagian orang, tidak melihat atau tidak merasakan langsung sesuatu kejadian, dia akan menganggap sepele bahakan tidak menghormatinya.

Harusnya banyak Ibu di Indonesia ini yang merasa senang dengan Hari Ibu ini. Saya pun penasaran dengan latar belakang ditetapkannya hari ibu ini. Ternyata menarik...

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Pada tahun 1928, bertepatan dengan tahun diadakannya Kongres Pemuda, organisasi-organisasi wanita saat itu tidak mau kalah. Mereka membuat kongres juga di Yogyakarta. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria. Presiden Sukarno sendiri mengeluarkan Dekrit No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya.

Seharusnya, dari sejarah tersebut dapat dimaknai bahwa hari ibu adalah hari dimana pengukuhan persamaan hak antara pria dan wanita. Indonesia jauh hari sebelum merdeka sudah mengakui dan memperjuangkan persamaan hak ini. Sangat membanggakan!

Setiap orang bebas memaknai Hari ini, Hari Ibu menurut versinya. Ingin mengikuti sejarah dengan menjunjung persamaan hak dan memaknainya dengan hari kebangkitan perempuan, atau dengan memanjakan ibu kita dirumah sepanjang hari ini, atau mungkin dengan mendoakan sang ibunda tercinta di kota lain. Setiap orang bebas memaknainya seperti apa, selama pemaknaan itu bermaksud baik.

___________________________________

Sumber Ubekan : Wikipedia - Hari Ibu Mengingat kembali sejarah hari ibu sejarah hari ibu

___________________________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun