Seorang dari mereka bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu khas pengamen. Mengeluh sulitnya mencari pekerjaan, mencari makan untuk hidup sambil sesekali memaki wakilnya dan pemimpin negeri. Sementara seorang lagi membuka topi dan menengadahkan topinya kepada penumpang mulai dari depan.
Ketika sampai pada giliranku, aku membuka lebar tangan kanan sambil berujar "maaf". Bahasa tubuhku itu tidak direspon olehnya. Dia menatapku tajam sambil berujar "untuk makan bang.. kasih recehnya", Kurogoh kantong kiri jeans kumalku sambil memasukkan uang pada topinya tanpa melihat. Kemudian dia berlalu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba orang tersebut kembali lagi, melempar uang Rp25 di pangkuanku sambil sedikit membentak "kalau gak mau ngasih jangan ngasih bang." Ternyata tanpa sadar aku memberikan uang Rp25 padanya. Kesal rasanya dengan kelakuan 'pengamen' ini. Aku bangkit, menoleh dan menatapnya "Kalau yang kecil saja tidak disyukuri, gimana mau dapat yang besar bang. Lagian apa yang mau bangkit sama kelakuan kayak gini? Malah nambah masalah..!! GOBLOG!!!!". Kedua orang tadi tidak menggubrisku. Mereka langsung turun dari bis.
* * *
Akhirnya sampai juga di depan rumah sakit H.Bagur setelah naik mobil kecil dari terminal. Kulangkahkan kakiku menuju lobi rumah sakit.
___________________________________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H