"Halo..." "Mi.. Ami dimana?!?" "Ini lagi makan gado-gado dekat rumah mah.. kenapa? kok kayak panik begitu?" "Pulang mi.. Papap masuk rumah sakit.." "I-iya mah.. kok bisa? Kenapa?" - Mendadak kalut pikiranku, langsung membayar gado-gado dan menyambar map biru yang kubawa untuk ke rumah Pak RW dan berlalu pulang. "Inget gak benjolan di kaki papap yang minggu lalu mamah cerita? Tadi pagi papap mengeluh nyeri.. Pas dibawa ke klinik, kata dokternya harus segera diangkat. Ini mamah sama papap sedang dalam perjalanan ke rumah sakit." "I-iya mah.. Ami pulang dulu ke kontrakan nyimpen barang, siang ini langsung ke sana. Nanti sms-in kamar rumah sakitnya"
Aku berlari sekencang-kencangnya pulang ke rumah, kusimpan map biru diatas sound system di ruang tengah, menuju kamar menyambar jaket jeans kumal, mengunci pintu dan berangkat menuju terminal.
* * *
Lamunanku terganggu dengan colekan kasar si kernet bis yang meminta ongkos. Setelah menerima kembalian dari si kernet, mataku kembali memandang sekeliling. Pandanganku berhenti pada 2 pemuda yang baru saja naik bis ini. Kurus, lusuh, legam namun sangat enerjik. Yang satu berkumis tipis mengenakan kaos pendek abu-abu bercelana jeans bersandal jepit biru. Yang satu dengan rambut agak panjang berkaos cokelat dengan celana jeans yang tak kalah kumal dengan wajahnya.
assalamualaikum para penumpang yang budiman terimakasih bapak sopir terimakasih bapak kondektur ijinkan kami berpuisi disni daripada merampok daripada mencopet yang bisa bikin masuk bui
wakilnya malah kaya yang diwakili malah merana katanya peduli.. katanya suka memberi.. tapi malah sering melupakan kami..
ngakunya terhormat ngakunya pejabat tapi kelakuannya bejat malah jadi artis bokep yang suka pamer pantat
katanya mau memberantas korupsi katanya jadi panglima memimpin tapi kami disini benar-benar hanya makan nasi basi
otak udang semuanya tolol semuanya
ayo pemuda bangkitlah jangan biarkan sumpah hanya menjadi kertas usang jadikan bendera berkibar merah menyala di dada membangun indonesia yang sedang terkangkang