Guru SD dulu berkata, "Puasa adalah menahan lapar dan haus dari mulai terbit matahari sampai terbenam matahari". Berarti puasa itu tidak makan dan minum selama seharian. Ketika mendengar kata puasa, sontak memikirkan kata makan, minum, lambung, sakit, maag.
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Puasa menahan lapar dan haus dari terbit sampai terbenam matahari"][/caption]
Maag?!? Kalau kata wiki, disebut juga radang lambung. Radang berarti luka. Tapi kok aneh ya?!? Ada nama obat maag populer di negeri ini yang malah pro dengan penyakin ini. Harusnya kalau obat tersebut pro dengan maag, berarti tidak menyembuhkan ya?!? Malah memperburuk keadaan. Sepertinya lebih keren kalau nama obatnya menggunakan kata kontra atau anti atau non, yang penting tidak menunjukkan bahwa dia setuju dengan penyakit. Atau jangan-jangan si pengg-ide nama produknya berharap setuju dengan penyakit maag, sehingga banyak orang punya maag, dan akhirnya obatnya laku.
Yang pasti lebih dari 5 tahun belakangan ini, ketika sudah mulai sering melihat iklan nama obat aneh ini, sudah hampir dipastikan kalau kita dekat dengan atau sedang berada di bulan Ramadhan. Ketika masih sekolah dulu, iklan ini adalah salah satu pertanda maghrib. Kenapa?!? Karena selepas iklan, bintang iklannya Deddy Mizwar pasti berucap "Promag mengucapkan selamat berbuka puasa" dan disusul adzan maghrib sebagai tanda perang nafsu hari tersebut sampai garis finish.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183)
Teringat pelajaran agama waktu dulu. Ketika selesai perang Badar, Muhammad berkata : "Kita kembali dari jihat terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu". Dan puasa sering diartikan melawan hawa nafsu. Hawa nafsu itu apa sih?!? Kalau kata ustadz, hawa nafsu bermakna kecendrungan dan kecintaan. Yang artinya, nafsu bisa diarahkan menuju kebaikan dan keburukan. Jadi, yang dimaksud Muhammad dengan hawa nafsu, pasti yang membawa pada keburukan.
Iseng googling dengan kata 'nafsu', ternyata yang muncul tidak jauh dari syahwat, hubungan badan, dan sejenisnya. Berarti kebanyakan dari kita, ketika mendengar kata 'nafsu', pasti kearah sana - saya termasuk -. Al-quran berkisah tentang Yusuf ketika digoda isteri Al-Aziz berkata : "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).
Semua bebas menafsirkan puasa, nafsu dan maknanya.
Ini sih pemahaman pribadi saja, Puasa menahan lapar, sementara kita baru diperbolehkan makan setelah matahari terbenam/magrib. Disitu ada proses. Proses dimana kita menahan. Proses dimana kita menunggu. Dan dalam proses itu kita berjuang. Kebanyakan dari kita - termasuk saya - lebih sering melihat titik tuju tanpa menghargai proses yang akan/sedang/telah kita lalui. Dan jelas ketika puasa, kita harus menjunjung yang namanya kejujuran. Itu yang harus kita refleksikan dalam setiap proses yang akan/sedang kita lalui. Makan dan minum itu kebutuhan biologis. Jadi, ketika kita berhasil mengendalikannya, harapannya kita bisa mengendalikan nafsu yang lebih besar.
Puasa dapat meningkatkan kepekaan sosial. Kenapa? Karena hanya di bulan ini ada acara dengan nama 'Buka puasa bersama'. Ada kebersamaan didalamnya. Dan yang jelas, ada makanannya. Salah satu yang membuat manusia tertarik untuk berkumpul.
Harusnya puasa dapat dijadikan sebagai refleksi 'menahan' dalam hidup. Tidak sedikit orang yang saling bunuh karena urusan perut. Emang ada? Maksudnya, istilah perut itu hanya denotatif dari hasrat, nafsu atau keinginan. Harapannya adalah dengan puasa, kita sebagai manusia dapat mengontrol 'perut' tadi.
Karena saya percaya, yang namanya agama harusnya mengontrol kehidupan pribadi dan masyarakat untuk lebih baik. Setiap orang berhak punya tafsiran masing-masing. Tidak ada satupun maupun manusia yang mampu mengontrol hati dan pikiran orang lain. Bahkan tuhan itu sendiri.
Setidaknya di bulan ini kita sedang berjihad melawan hawa nafsu. Selamat Berjihad! Selamat Berperang! Semoga kita benar-benar menang pada harinya kelak... ----------------------------------------------
Tapi kenapa ya?!? Setiap kali kita puasa, harga bahan makanan selalu naik eskalator? Padahal orang yang biasa makan 3 kali sehari, jadi 2 kali sehari. Otomatis kebutuhan pangan menurun di bulan ini. Sementara produksi kan tidak menurun? Atau pedagang-pedagang itu ingin juga merasakan yang namanya THR? Atau nafsu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H