Mohon tunggu...
Ridho Wijaya
Ridho Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

www.oncomiaku.com/12c4 saya berasal dari setetes air yang menjadi segumpal darah. tak berharap dengan keinginan. tak meminta dengan permohonan. berjalan menikmati keadaan, melangkah ringan tertuju....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

NKRI Harga Mati

18 Juli 2014   22:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalinan sosial meliputi rangkaian - rangkaian yang saling mengisi, tetangga, teman, sahabat, saudara dan keluarga. Dalam menjalani kehidupan sosial pastilah sering terjadi benturan - benturan seperti perbedaan tingkah laku, perbedaan adab, perbedaan adat juga perbedaan pola fikir. Semua itu terus bergulir dari diturunkan nya manusia ke muka bumi ini.

Jalinan sosial yang tidak dilandasi asas kepercayaan akan mudah retak bahkan hancur, dizaman sekarang ini jalinan sosial merupakan suatu hal yang sulit di dijalani, dikarenakan rasa curiga yang terlalu tinggi. Anda bisa lihat kondisi di dunia maya ini setelah masa "PILPRES" banyak orang sudah saling lempar fitnah, satu kelompok membela kelompok yang lainnya, satu kelompok menjagokan Pilihannya.

Bukankah suatu perkara yang dilandasi fanatisme, rasisme, egoisme akan menimbulkan perpecahan, seorang yang bijaksana pastilah paham bahwa perbedaan itu adalah sebuah keragaman karena dengan perbedaan kita bisa saling mengisi kekurang kita masing - masing, bukankah kita memang diciptakan berbeda, bersuku -suku dan berbangsa - bangsa yang berbeda.

Jika kita bisa menyikapi perbedaan itu dengan rasa simpati dan saling menghormati maka akan terbentuk keragaman yang hakiki. Janganlah di jadikan masalah besar jika teman kita, saudara kita, adik kita bahkan orang tua kita mempunyai Capres pilihannya sendiri.

Jangan dijadikan seolah - olah jika teman kita memilih capres yang berbeda maka akan tercipta rasa permusuhan yang amat sangat, tanpa memikirkan rasa ukuwah yang sudah dirajut bertahun - tahun lamanya. Pemilihan Presiden tahun ini memang dirasa sangat "Panas", tetapi bukan menjadi alasan mutlak bahwa dengan pilihan berbeda berarti kita adalah musuh dan lawan.

Mari kawan kita rajut silaturahmi dengan sehat tanpa rasa emosi sesaat, walaupun bukan pilihan kita yang menjadi "Presiden", bukankah tetap "Presiden" itulah yang akan membawa arah bangsa ini, baik kita suka atau pun tidak, karena kita sudah menjadi bagian dari NKRI terlepas kita memilih Capres 1 atau Capres 2.

Janganlah kita ikuti golongan - golongan yang ingin memecah bangsa ini menjadi berkeping - keping, golongan - golongan yang selalu berbicara RASISME, Golongan yang selalu berbicara tentang "FANATISME AGAMA" yang berlebih, Golongan yang hanya memikirkan "Kelompok"nya.

Kawan, PILPRES ini hanyalah sebuah kompetisi yang didalamnya ada Menang dan Kalah, jika Capres yang kita pilih tidak siap untuk Kalah maka seharusnya kita sudah bisa mengukur sejauh mana pemikiran capres kita apakah tentang "Rakyat" ataukah tentang "Kekuasaan" semata, jika Capres kita memaksa untuk menjadi RI-1 dengan segala cara maka kita sebagai akar rumput jangan ikut berlebur dengan kemauan capres tersebut. Karena sungguh, segala sesuatu yang diperjuangkan dengan pemaksaan tidak akan menghasilkan sesuatu yang sehat.
Kawan sangat mahal harga sebuah Kesatuan, karena para leluhur kita sudah mengorbankan jiwa dan raganya untuk membentuk NKRI ini, para leluhur kita merajut NKRI dengan darah dan nyawa, tidak mudah kawan, maka janganlah kita sia-siakan pengorbanan mereka hanya untuk emosi sesaat, fanatisme sempit yang berujung kepada perpecahan. MARI BERSATU.

Salam Damai.V

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun