Mohon tunggu...
Ridho Wijaya
Ridho Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

www.oncomiaku.com/12c4 saya berasal dari setetes air yang menjadi segumpal darah. tak berharap dengan keinginan. tak meminta dengan permohonan. berjalan menikmati keadaan, melangkah ringan tertuju....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengawasan Dunia Pendidikan

16 Oktober 2014   16:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:48 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya mendapatkan informasi yang mengejutkan di sekolah anak saya di wilayah bekasi timur, anak siswa kelas 6 di keroyok oleh siswa - siswa yang lainnya di dalam kelas, dan di waktu kegiatan belajar - mengajar sedang berlangsung.

Informasi yang ditelusuri ternyata anak tersebut sudah mendapatkan bully dari teman - temannya sejak 4 bulan yang lalu, badannya penuh luka lebam, setiap hari sehabis pulang sekolah, selalu melaporkan kepada orang tuanya tetapi diacuhkan. Berdasarkan informasi dari korban ternyata tindakan - tindakan aniaya tersebut di biarkan oleh pihak pendidik, suatu waktu pencil korban di ambil oleh temannya si korban tidak ingin melakukan perlawanan tetapi meminta ijin untuk membeli pensil yang baru, pendidik bertanya kenapa pencilnya, korban memberikan informasi bahwa pencilnya di ambil temannya, tetapi pendidik membiarkan dan melarang korban untuk membeli pencil baru.

Sama seperti kasus pengeroyokan siswi di sumatera barat, kasus serupa terjadi di wilayah kita, dan bukan satu hal mustahil jika nanti anak - anak anda dan saya akan menjadi korban selanjutnya, dan juga bukan hal yang mustahil jika anak anda atau anak saya yang menjadi pelaku penganiayaan.

Untuk menghindari agar perilaku - perilaku tersebut tidak terulang maka kita mesti melakukan pengawasan yang intensif kepada anak - anak kita. agar mereka - mereka bisa menjadi penopang kehidupan kita dalam bermasyarakat dan bernegara.

Mestilah orang tua dapat menjadi sarana konseling anak - anaknya, harus dibuat cara agar anak menjadi terbuka dan tidak takut untuk mengatakan yang benar dan yang salah. Anda bisa bayangkan jika kondisi korban tersebut adalah anak - anak kita, atau justru sebaliknya anak - anak kita lah yang menjadi pelaku aniaya tersebut, maka bukan lah hal yang tidak mungkin jika suatu waktu kita lah orang tua nya yang akan menjadi korban selanjutnya.

Marilah kita peduli terhadap anak - anak lain yang bukan anak kita, karena jalan kehidupan itu tidak dapat di perkirakan atau di tetapkan, barangkali di suatu masa yang akan datang anak - anak yang kita berikan perhatian dan kasih sayang akan memikirkan tentang masa - masa tua kita.

Berdasarkan kasus tersebut, saya melakukan beberapa analisa :

1. Anak tersebut sombong (Korban) :

Maaf pak / bu, walau pun terhadap anak sombong tindakan aniaya tidak boleh dibenarkan, tindakan aniaya tidak dibenarkan dengan alasan apapun juga kecuali untuk membela diri, jika benar anak tersebut melakukan tindakan kesombongan di lingkungan sekolah, bukankah pendidik bisa memberikan pengajaran (atau memang sudah tidak perduli).

2. Anak tersebut (korban) terlalu penakut :

3. Anak - anak pelaku aniaya di suruh oleh pendidik untuk melakukan tindakan aniaya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun