Orang-orang bertanya seperti apa dirimu hingga aku mencintaimu.
Aku jawab:
"Wanitaku adalah bentang alam sejauh ufuk timur ke barat, yang takkan pernah lelah aku arungi keindahannya; Berkali-kali, bolak-balik.
Adalah lumut hijau pada batu kali yang menyegarkan mata.
Adalah merak dengan ekornya yang membuat terpana.
Adalah hujan pada gersangnya gurun.
Adalah bunga kecil pada kaktus yang hadir di antara durinya; mempercantik.
Adalah kertas putih tanpa tinta: Polos.
Adalah kolaborasi semilir angin dan deru ombak pada tengah hari yang panas: menyejukkan.
Adalah tetes-tetes air yang mengikis batu.
Adalah bayangan yang tak pernah tertinggal dan meninggalkan: selalu bersama dan beriringan.
Adalah cahaya yang menembus kelabu.
Adalah masa kini dan masa depan yang menerima masa lalu.
Adalah tubuh yang membuat hati tersenyum meski otak masih menangis.
Adalah cinta yang tak butuh alasan.
.
Orang-orang bertanya apakah kau sesempurna itu?
Aku jawab:
"Ia sungguh jauh dari kata sempurna. Begitu pun aku. Namun karena itu aku sangat mencintainya.
Bukankah kesempurnaan hanya hadir dari ketidaksempurnaan yang saling melengkapi?
Dan ia telah melengkapiku"
***
(Gemo Gibran)
Yogyakarta, 10 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H