Mohon tunggu...
gemogibran
gemogibran Mohon Tunggu... Penulis - Pendengar dan Penanya

Pecinta musik. Mencintai tulis-menulis. Mari bermain dengan imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Samudramu

7 September 2022   13:18 Diperbarui: 7 September 2022   13:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Segaris senyum dibibirmu buat jantungku takut; kembang-kempis.

Karena senyum itu hadir di antara tangis dari sejak semalam gerimis.

Menetes setitik demi setitik yang menyimpan rahasia di dalam titiknya.

Mungkinkah aku yang menjadikanmu nelangsa?

Atau dari orang yang bagimu begitu berkuasa?

.

Aku susuri setiap jengkal mendung yang kau kisahkan.

Menyelami awan yang penuh nestapa.

Dan aku nyaris tenggelam; tak mampu bernafas pada tekanan yang begitu besar.

Semakin dalam, semakin menyayat rasa bercandaku.

Aku tak mampu menjangkau palungmu.

Ada uluran tangan yang tak disambut jabat.

Ada banting-tulang yang tak mendapat rihat.

Ada kucuran darah yang tak disambut sanjung.

Ada air mata yang tak diberi kasih.

.

Ke mana air matamu 'kan bermuara?

Yang seharusnya menjadi samudra tenang malah menjadi tsunami.

Mungkinkah orang jelata sepertiku bisa melukis matahari agar tangismu menjadi pelangi?

Atau setidaknya, izinkan aku menjadi payung yang meneduhkanmu dari prahara.

Pula menjadi perahu yang menemanimu mengarungi samudra.

kurasa kau bukan manusia.

Kau adalah ikan salmon yang menantang arus.

.

Aku adalah pulau terpencil di tengah luasnya samudramu.

Singgahlah. Mungkin untuk selamanya.

Ada karang ditepinya.

Pula mangrove dan nyiur.

Kau akan aman dari ombak.

***

(Gemo Gibran)

Yogyakarta, 6 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun