Â
      Peranan pemuda tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bernegara, pemuda punya peranan tersendiri yang tidak bisa dianggap remeh, malah pemuda menjadi Agent of Change dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Salah satunya perjuangan pemuda lewat para mahasiswa pada masa reformasi, pemuda menjadi tonggak perubahan dan manfaatnya bisa dirasakan hingga sekarang.
      Pada masa sekarang banyak terjadi masalah-masalah sosial yang belum dituntaskan malah jauh dari kata layak, misalnya disparitas pendidikan antara di Kota dan Desa, ataupun pendidikan yang berada di pulau-pulau kecil yang bisa dikategorikan sebagai daerah 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Masalah kesenjangan pendidikan yang semakin hari semakin kentara ini tidak bisa dibiarkan, maka dari itu peranan penting pemuda dalam mengisi sendi-sendi kehidupan sangat dibutuhkan dalam hal ini masalah kesenjangan pendidikan.
      Kalau kita telisik lebih lanjut bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan memiliki belasan ribu pulau, maka kesenjangan pendidikan tidak bisa dihindarkan (kondisi kepulauan memberi kontribusi terhadap kesulitan penyebaran pendididkan yang merata).
      Berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, daerah tertinggal terdapat pada 11 Provinsi di Indonesia dengan persebaran di 74 Kabupaten. Pada Pasal 2 ayat (1) Perpres ini menjelakan bahwa indikator daerah tertinggal mencakup: Perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah.
      Melihat begitu banyaknya daerah tertinggal di Indonesia, hal ini tidak bisa dilepaskan dari rendahnya kualitas sumber daya manusia, dikarenakan tidak didukung sarana prasarana pendidikan yang mumpuni. Sarana pendidikan bisa mencakup fasilitas pendukung pendidikan seperti, bangunan, papan tulis atau mengenai pendidik, seperti jumlah guru dan kualitas guru. Masalah ini tidak sedikit ditemukan pada daerah tertinggal, khususnya minimnya jumlah tenaga pendidik atau guru.
      Menimbang kekhawatiran kesenjangan ini maka dari itu perlunya upaya secara sukarela, tidak harus perlu menunggu upaya dari pihak yang berwajib, namun secara kesadaran sendiri dan bergerak langsung ke lapangan mengajari/memberikan pendidikan kepada anak-anak yang kurang beruntung dan penduduk sekitar, siapa lagi kalau bukan pemuda yang harus turun tangan sebagai agen perubahan, faktanya penduduk Indonesia juga didominasi oleh pemuda.
      Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kaum milenial dengan tahun kelahiran 1981-1996 dengan rentang umur 24-39 tahun atau sebesar 25,87% dari total penduduk Indonesia sebesar 270 juta dan kaum gen z dengan tahun kelahiran 1997-2012 dengan rentang umur 8-23 tahun atau sebesar 27,94%.
      Wajah Pendidikan Indonesia di Kala Pandemi
      Pandemi virus corona yang merebak tahun 2019 membuat jurang pemisah pendidikan semakin melebar. Pandemi menjadi tamparan keras bagi wajah pendidikan di Indonesia, kesenjangan pendidikan semakin parah dengan adanya pembelajaran lewat daring. Bahwasanya didaerah perkotaan saja masih terdapat siswa-siswa yang tidak mempunyai gawai, ataupun kalau punya gawai tidak mempunyai kuota internet, ataupun kalau punya keduanya tidak ada sinyal internet.
      Tidak bisa dibayangkan kondisi seperti ini terjadi pada daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Jangankan untuk belajar lewat daring, pembelajaran tatap muka saja terbilang kurang. Seperti pendidikan yang ada di Pulau Gili Asahan di Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong Tengah, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Di sini hanya terdapat 1 Sekolah Dasar (SD) dengan 12 murid dan 1 guru saja.