Mohon tunggu...
Gema Aurelia Siregar
Gema Aurelia Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo saya gema!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Industri dan Kampus : Dua Dunia yang Terpisahkan

9 Desember 2024   19:17 Diperbarui: 9 Desember 2024   19:17 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah yang kami pelajari hari ini akan benar-benar berguna di dunia kerja" merupakan sebuah pertanyaan yang sering kita dengar dari beberapa mahasiswa. Ini bukan hanya pertanyaan tentang keraguan seseorang; itu adalah kritik mendalam terhadap sistem pendidikan yang sering terlepas dari kebutuhan industri dan situasi di lapangan. Kurikulum yang diajarkan di ruang kelas sering kali terasa kuno dan terlalu teoritis, sementara dunia luar kampus berkembang pesat dengan tuntutan baru yang lebih kompleks. Sebagai mahasiswa, kami berada di persimpangan antara keyakinan yang berbeda tentang pendidikan dan kenyataan dunia kerja. Meskipun kami dididik untuk percaya bahwa pendidikan adalah kunci keberhasilan, sistem saat ini justru membuat kami merasa tidak siap untuk menghadapi kondisi industri. Sistem pendidikan masih terjebak dalam paradigma lama, dan ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan di kelas dan kebutuhan kerja adalah bukti nyata dari kegagalannya. 

Banyak dari kami menghabiskan bertahun-tahun untuk mempelajari konsep abstrak yang sulit diterapkan dalam dunia kerja kontemporer. Misalnya, mahasiswa teknologi informasi masih diajarkan bahasa pemrograman kuno, sementara industri membutuhkan keterampilan dalam teknologi terbaru seperti kecerdasan buatan atau analitik data besar. Mahasiswa ekonomi masih berdebat tentang teori-teori yang tidak relevan saat pasar global berubah setiap saat. Sistem pendidikan tinggi terjebak dalam mentalitas konservatif yang mengutamakan hafalan daripada inovasi, alih-alih menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Ironisnya, pendidikan seharusnya mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi masalah di dunia nyata, tetapi pada akhirnya menciptakan ketergantungan baru. Banyak lulusan perlu mengambil kursus mandiri atau pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan yang diharapkan mereka dapatkan di kampus. Ini menyebabkan siklus di mana pendidikan formal hanya menyebabkan lebih banyak biaya daripada menyelesaikan masalah. Selain itu, pengalaman magang, yang dimaksudkan untuk menghubungkan kampus dengan industri, seringkali hanya formalitas. Mahasiswa dibiarkan menjalani magang tanpa mendapatkan bimbingan atau pengalaman kerja nyata.

Tidak adanya keterlibatan industri dalam penyusunan kurikulum memperparah masalah ini. Universitas bekerja secara terpisah, membuat konten hanya dari perspektif akademik, tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar tenaga kerja. Akibatnya, ada perbedaan besar antara kemampuan yang diharapkan oleh perusahaan dan kemampuan yang dimiliki lulusan. Keterbatasan ini tidak hanya mengganggu mahasiswa tetapi juga menghambat perkembangan industri yang membutuhkan tenaga kerja berkualitas tinggi. Kegagalan sistem ini mencakup masalah filosofis pendidikan selain masalah teknis. Pandangan kuno tentang pendidikan kita menganggap siswa sebagai benda yang harus diberdayakan, bukan individu yang harus diberdayakan. Kemampuan seperti kolaborasi, kreativitas, dan pemikiran kritis sering diabaikan saat mengukur keberhasilan siswa hanya berdasarkan nilai akademik dan IPK. Ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita lebih sibuk menghasilkan angka daripada menghasilkan individu yang mampu beradaptasi dengan dunia nyata.

Menurut saya sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, sistem pendidikan kita harus berhenti berjalan dalam kegelapan. Kurikulum harus didesain ulang secara radikal dengan mempertimbangkan kebutuhan masa depan dan melibatkan industri. Magang tidak boleh dianggap sebagai syarat administratif tetapi sebagai pengalaman pendidikan yang bermanfaat. Kamus tidak boleh hanya mengejar nilai; sebaliknya, mereka harus berubah menjadi ekosistem yang mendorong inovasi, kerja sama, dan eksplorasi. Mahasiswa tidak ingin menjadi bagian dari sistem yang ketinggalan zaman. Kami membutuhkan pendidikan yang relevan, fleksibel, dan siap untuk beradaptasi dengan dunia yang selalu berubah. Jika pendidikan tidak lagi relevan dengan kehidupan, maka ia hanya menjadi beban, bukan pendorong kemajuan.

Pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan industri dengan mereformasi kurikulum kampus dengan melibatkan pelaku industri agar relevan dengan dunia kerja. Magang harus direncanakan sebagai pengalaman yang signifikan yang melibatkan keterlibatan langsung siswa dalam proyek nyata. Dengan penilaian yang lebih beragam, fokus juga harus diberikan pada pengembangan soft skills seperti kreativitas, komunikasi, dan berpikir kritis. Kursus terbaru dan simulasi digital dapat diakses dengan bantuan teknologi. Mahasiswa harus didorong untuk menjadi pembelajar mandiri yang proaktif dan mencari peluang belajar sendiri. Dengan melakukan langkah-langkah ini, pendidikan tidak hanya membuat lulusan siap untuk bekerja, tetapi juga menghasilkan orang yang fleksibel dan kreatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun