Mohon tunggu...
Gelar S. Ramdhani
Gelar S. Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis -

Mari berkunjung ke website pribadi saya www.gelarsramdhani.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Hitam Putih Humanisme Polri

19 Juli 2011   10:35 Diperbarui: 16 Agustus 2018   11:02 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Cukup menarik beberapa pekan yang lalu sebelum peringatan Hari Bhayangkara ke-65, Irjen  Pol. Drs. Edward Aritonang, MM. mengundang saya dan beberapa kawan-kawan aktivis mahasiswa lainnya untuk berdiskusi terkait reformasi di tubuh Polri, yang menjadi topik utama pada diskudi hangat tersebut adalah humanisme lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia, hal ini dilatarbelakangi oleh aspirasi masyarakat yang menilai bahwa citra Polri rusak karena SDM Polri sendiri yang kurang humanis dala mmelindungi dan mengayomi.

meskipun sudah beberapa tahun berpisah dengan TNI akan tetapi kesan militeristik Polri masih kental, padahal TNI sendiri menurut masyarakat semakin hari semakin dekat dengan rakyat. Humanisme menurut Aritonang dirasakan perlu dalam mencapai cita-cita Polri yaitu, dalam beberapa tahun ke depan Polri sebagai lembaga pelindung dan pengayom masyarakat, memiliki cita-cita ingin dipercaya masyarakat dan lebih lanjutnya Polri ingin dicintai masyarakat.

Hati kecil saya memang sangat setuju atau sependapat dengan Bung Aritonang, ketika humanisme Polri perlu ditingkatkan. Akan tetapi saya beberapa hari yang lalu sempat berdiskusi dengan topik yang sama  terkait humanisme Polri dengan kawan saya seorang anggota satuan lalu lintas Polres Majalengka (Jawa Barat). Rupanya berdiskusi dengan seorang Ajun Inspektur Polisi Satu (AIPTU) tidak kalah hangatnya dengan berdiskusi dengan seorang jenderal polisi bintang dua, dalam diskusi tersebut kawan saya banyak bercerita tentang Polri masa lalu dan masa kini, tak lupa juga beliau mencurahkan isi hatinya suka duka menjadi seorang anggota Polri, hingga pada akhirnya dalam diskusi tersebut saya mengeluarkan pendapat “Humanisme Polri itu antara halal dengan haram”, kawan saya hanya diam, tersenyum, entah apa yang ada dalam pikirannya, tapi menurut saya itu merupakan sinyal darinya untuk saya agar saya mennjelaskan mengapa halal dan haram?

Saya tidak sembarangan memberikan pernyataan seperti itu, saya bisa mengeluarkan pernyataan seperti itu dari hasil analisis saya di lapangan pada beberapa anggota Polri yang bertugas, pada satu sisi masyarakat menuntut Polri agar berbenah, meningkatkan Humanisme, kurang lebihnya seperti layaknya Front Office suatu hotel, menyapa dengan baik, senyum dengan tulus dan sebagainya. Memang bukan hal yang sulit dan bukan suatu yang mahal bagi siapa saja untuk bersikap ramah, akan tetapi pada sisi lainnya ketika anggota Polri bersikap ramah dalam berinteraksi dengan masyarakat, kadang kala beberapa oknum masyarakat tidak merasa jera, ketika ia melakukan pelanggaran ditindak dengan ramah, biasanya masyarakat yang seperti ini golongan masyarakat usia remaja. Coontoh kasusnya: Seorang pelajar SMA mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm, suatu ketika diberhentikan oleh satuan lalu-lintas, kemudian ditindak dengan halus dan ramah, biasanya orang itu akan berpendapat “Ah gapapa, gak pake hel juga polisinya juga baik”

Tapi, disaat Polisi akan bertindak beringas karena kesal dengan ulah masyarakat yang tak mau diperingatkan, anggota polisi juga merasa mikir-mikir karena masyarakat sekarang dengan kebebasan berdemokrasi bisa bertindak sesukanya, dalam arti tak sedikit masyarakat saat ini yang melaporkan oknum Polri yang bersikap tidak ideal kepada atasannya, atau membeberkan di media massa. Hal seperti inilah yang terkadang membut bingung anggota Polri.

Orang bijak mengatakan “Humanis bukan berarti kehilangan taring, tegas bukan berarti harus keras”

-------------------------------------------

Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:

-------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun