Mohon tunggu...
Gelar Gandarasa
Gelar Gandarasa Mohon Tunggu... Editor - Penulis/Tenaga Pengajar

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kunang-kunang, Akankah Berakhir untuk Dikenang?

22 Agustus 2024   11:51 Diperbarui: 22 Agustus 2024   11:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kunang-kunang, hendak ke mana, kelap-kelip indah sekali. Gemerlap, bersinar seperti bintang di malam hari.” 

Itulah sepenggal bait dari lagu kunang-kunang yang diciptakan oleh A.T. Mahmud, seorang maestro lagu anak yang sangat melegenda. Serangga tersebut mampu mengeluarkan cahaya kerlap-kerlip bak bintang yang mampu menarik perhatian setiap orang yang melihatnya terutama anak kecil. Hal itulah yang barangkali menyebabkan kunang-kunang diabadikan dalam sebuah lagu indah.

Kunang-kunang dahulu mudah untuk ditemukan keberadaannya. Setiap sore menjelang magrib, kunang-kunang mulai bermunculan keluar dari sarangnya. Ketika hari mulai gelap, serangga yang memiliki nama ilmiah Lampyridae itu nampak indah beterbangan ke sana kemari mengisi kegelapan malam.

Tapi sayangnya, saat ini, cukup sulit untuk menemukan kunang-kunang. Fakta tersebut beralasan karena keberadaan kunang-kunang kini mulai terancam punah. Dilansir oleh Kompas.com dalam artikel berjudul “Apakah kunang-kunang sudah punah?”, 11 persen dari 128 spesies kunang-kunang terancam punah. 

Fakta yang lebih menyedihkan yaitu serangga tersebut terancam punah disebabkan ulah manusia (antropogenik). Salah satu ulah manusia yang menyebabkan terancam punahnya kunang-kunang yaitu pemakaian lampu yang terlampau terang. Kunang-kunang akan kesulitan kawin jika terpapar cahaya lampu yang terlalu terang. Akibatnya proses berkembang biak menjadi terhambat atau bahkan terhenti sama sekali. 

Belum lagi, penggunaan pestisida pada tanaman bukan hanya membasmi hama saja melainkan kunang-kunang juga ikut tersisihkan. Ditambah kerusakkan habitat lingkungan sangat berperan penting terhadap berkurangnya kunang-kunang. Faktor-faktor itulah yang bisa menggusur habitat kunang-kunang. 

Padahal keberadaan kunang-kunang sangatlah penting bagi keseimbangan ekosistem alam. Sederhananya, jika kunang-kunang punah, maka hewan yang jadi mangsanya otomatis akan berkembang pesat karena nihilnya pemangsa. Kalau itu terjadi, tentu akan berdampak negatif terhadap rantai makanan yang kemudian akan mempengaruhi kehidupan manusia. 

Kemungkinan yang lebih menyedihkan, generasi muda di masa yang akan datang tidak bisa melihat kunang-kunang jika punah. Mereka hanya bisa mengenang kunang-kunang lewat lagu atau foto tanpa pernah melihat secara langsung. Sungguh ironis bukan? Betapa pentingnya keberlangsungan makhluk hidup bagi umat manusia. 

Kunang-kunang merupakan sebagian kecil saja dari keanekaragaman hayati yang terancam punah. Dikutip dari laman nationalgeographic, data dari IUCN (Uni Internasional untuk Konservasi Alam) menunjukkan bahwa ada 157.100 spesies makhluk hidup yang berisiko punah. Bayangkan saja jika beberapa tahun ke depan, ratusan ribu spesies itu benar-benar punah dari muka bumi, maka tentu akan berdampak sangat besar terhadap keberlangsungan ekosistem. 

Sebagai masyarakat, pastinya kita tidak ingin hal itu terjadi. Kita semua bisa berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan ini. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat. Salah satunya yakni tetap menjaga ekosistem alam dengan tidak membuat kerusakkan apapun terhadap lingkungan. Dengan begitu diharapkan keseimbangan ekosistem akan terus terjaga ke depannya.  

Selain bentuk partisipasi aktif dari masyarakat, dibutuhkan juga dukungan nyata dari pemerintah. Dikutip dari laman Youtube National Geographic Indonesia, Direktur Program Kehutanan Kehati Samedi menjelaskan, diperlukan kesadaran dari semua pihak untuk menjaga lingkungan hidup. 

“Konservasi itu kan sebenarnya kita menjaga agar lingkungan ini tetap baik, tidak punah untuk masa depan anak cucu kita dan juga untuk generasi yang saat ini. Untuk menjaga itu semua, yang pertama perlu peraturan perundangan yang efektif. Yang kedua, enforcement atau penegakan hukum yang efektif juga. Dan juga masyarakat sadar.”

Jika upaya-upaya tersebut sudah ditempuh, kita tinggal menunggu saja ucapan “terima kasih” dari alam yang akan kita terima. Jangan sampai, kita hanya duduk diam melihat kenakearagaman hayati lenyap begitu saja. Sebab kunang-kunang layak untuk menjadi penenang hati dikala sedih, bukan untuk dikenang pernah hidup di muka bumi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun