JAKARTA-GEMPOL, Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah 140 tahun lamanya bangsa Aceh merasakan perang dengan bangsa Belanda. Sekarang tepat saatnya untuk merayakan peringatan 140 tahun perang ACEH Versus Belanda yang terjadi pada tanggal 26 Maret 1873 silam. Ada juga orang yang berpendapat bahwa Aceh Bisa Gugat dan menuntut Belanda terkait kejahatan perang pada tahun 1873 yang mengakibatkan meninggalnya rakyat Aceh sekitar 70 ribu orang. Tujuan menggugat dan menuntut Belanda tersebut adalah upaya mengangkat martabat rakyat Aceh secara langsung mengalami penindasan dari Belanda selama masa penjajahan. Dengan menggugat dan menuntut Belanda ke Mahkamah Internasional terkait kejahatan perang pada masa penjajahan dulunya merupakan suatu hal yang lebih mulia. Dan tidak pula martabat dan keadilan rakyat Aceh hilang akibat tidak menggugat Belanda. Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Perwakilan Aceh, sedang menggungat Pemerintahan Belanda ke Mahkamah Internasional. Perang memang telah merugikan bangsa Belanda karena menguras uang yang besar serta korban jiwa yang tidak sedikit. Saat perang ini pihak Belanda kehilangan 4 orang Jenderalnya selama periode 1873-1912. Pada Perang Aceh Pertama (1873-1874) yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Kohler. Kohler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, dimana Kohler sendiri tewas di halaman Mesjid Raya Baiturrahman pada tanggal 14 April 1873. Syukurlah para Sniper Aceh berhasil menembak dada kiri Jenderal Johan Harmen Rudolf (JHF) Kohler hingga tewas pada tanggal 14 April 1873. Para Sniper ini adalah hasil didikan para militer Turki yang datang membantu kerajaan Aceh untuk berperang melawan Belanda. Kuburan Kerkhoff Banda Aceh adalah kuburan militer Belanda yang terletak di luar negeri Belanda. Kuburan tentara ini adalah salah satu yang terluas di dunia. Sekitar 2.200 tentara termasuk empat orang jenderal dimakamkan di sini, di tanah tempat para pejuang Aceh yang sangat gigih melawan kolonialisme Belanda. Perang Aceh berlangsung pada 1873-1904, sebuah perang dimana dalam sejarah Belanda, inilah perang yang paling pahit melebihi pahitnya pengalaman mereka dalam Perang Napoleon. Kuburan Kerkhoff merupakan pemakaman terbesar kedua tentara Belanda setelah yang pertama terbesar di Belanda. Kuburan Kerkhoff menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara asal Belanda. Hingga saat ini Pemerintah Kerajaan Belanda sangat haru dan menghormati warga Banda Aceh yang merawat dengan rapi kuburan tersebut. Makam Kerkhoff tidak saja bukti nyata kepahlawanan rakyat Aceh melawan penjajah tetapi juga merupakan bukti nyata keadilan Sultan Iskandar Muda dalam menjunjung tinggi hukum di masa pemerintahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H