JAKARTA-GEMPOL, Sebagai negara besar di dunia, maka negara Indonesia dituntut untuk selalu waspada atas ancaman yang akan menyerang dari sudut manapun. Kerjasama pertahanan tentu saja penting diperhatikan agar negara kita bisa berdampingan dengan negara lainnya.
Selama dua hari di kota Metropolitan Jakarta diadakan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) 2013, sejak 20-21 Maret 2013, yang dipusatkan di Jakarta Convention Center (JCC). Presiden Republik Indonesia juga berkenan membuka acara ini.
Adapun tujuan dari JIDD 2013 ini adalah untuk mempromosikan kerjasama antar pemerintah dalam menghadapi ancaman-ancaman dan tantangan-tantangan bersama (to promote intergovernmental cooperation to meet common threats and challenges).
Tantangan terbesar dalam meningkatkan keamanan internasional adalah bagaimana membangun sikap saling percaya di antara negara-negara di kawasan. Jika dua atau tiga pihak memiliki niat dan tujuan yang baik, maka sikap saling percaya akan tumbuh dengan sendirinya.
Sikap saling percaya pernah diterapkan Indonesia ketika menyelesaikan berbagai persoalan dengan Republik Timor Leste dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) karena tanpa saling percaya, sulit bagi suatu negara untuk mewujudkan perdamaian dan kerja sama saling menguntungkan.
Hubungan Indonesia dan Timor Leste memberikan beberapa pelajaran berguna bagi perdamaian karena kedua negara diketahui memiliki sejarah yang menyakitkan, tapi itu tidak menghentikan Indonesia untuk menempuh masa depan yang secara fundamental berbeda dari masa lalu.
Kita harus mengingat bahwa saling percaya yang strategis adalah jalur dua arah yang harus dibangun setapak demi setapak dan memerlukan proses panjang.
Kita ketahui bersama bahwa dalam Forum JIDD 2013 merupakan Forum Dialog Pertahanan yang ke tiga, dimana semua kegiatan mempertemukan para pemimpin, perwira militer, akademisi dan pembuat kebijakan dari seluruh wilayah Asia Pasifik dan delegasi negara-Asia, Eropa, Amerika dan Australia.
Hadir juga beberapa Menteri Pertahanan Negara ASEAN dan Negara Eropa, seperti Malaysia, Singapura, Pakistan, Cina, Jepang, Korea dan Spanyol, serta sejumlah panglima angkatan bersenjata negara di Asia. Forum ini juga dihadiri oleh perwakilan 45 negara untuk menghadiri dan mendengar langsung topik-topik terkini dari Forum Dialog Pertahanan terbesar di ASEAN.
Pada hari pertama, acara pembukaan yang diisi sambutan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Presiden Republik Indonesia, dan Perdana Menteri Timor Leste serta pemutaran video “The Asia Pacific Century”. Pada pembukaan ini juga dilaksanakan kegiatan dua sesi dialog dengan topik : The Rise of Asia and New Geopolitics in the Asia-Pasific Region dan Impact Asia: Economic Power, Defense, and Diplomacy.
Pada hari kedua, diadakan dengan dialog internasional untuk para peserta dengan beberapa topik antara lain Envolving Threats and Challenges in Asia Pasific, Trouble Water: Maritime Challenges in Asia Pasific, Porous Borders: Stronger Control and Cooperation; and Modern Military: Growing Capability and Expanding Industry.
Dalam Forum dialog internasional ini juga hadir para pembicara antara lain Menteri Koordinator Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan, Menhan Singapura Ng Eng Hen, Menhan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, Menhan Pakistan Syed Naveed Qamar dan Kasal Laksamana Marsetio.
JIDD 2013 merupakan forum pembahasan seputar Pertahanan dan Diplomasi. Pengangkatan isu diplomasi dan pertahanan di wilayah Asia Pasifik dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang dapat dijadikan sebagai tatanan wilayah yang damai, berkarakterkan kerjasama, transparansi dan kepercayaan di antara institusi pemerintahan maupun militer antar Negara.
Kerjasama multilateral merupakan suatu keharusan untuk mengatasi tantangan saat ini dan hubungan yang saling menguntungkan agar dapat berkembang antar negara untuk saling percaya dan bekerja sama satu sama lainnya.
Masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste sudah selesai 90 persen, tinggal tiga titik lagi yang belum ada demarkasinya. Hal lainnya adalah pengaturan di perbatasan yang memungkinkan warna negara Timor Leste maupun Indonesia masing-masing melanjutkan hubungan sosial dan kekeluargaan yang telah terjalin.
Kita ketahui bahwa Kerjasama ini diperlukan karena negara-negara di dunia ini tidak dapat mengisolasi diri atas ancaman yang muncul dari berbagai tantangan seperti krisi ekonomi, perubahan sosial ekonomi yang cepat, pergeseran demografi, perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, degradasi lingkungan, terorisme, kejahatan transnasional yang terorganisasi, pembajakan, serta berkelanjutan konflik baru yang muncul seperti kasus Korea Utara dengan Korea Selatan.
Konflik lainnya adalah masalah kasus China-Jepang, kasus China dengan Negara-negara ASEAN (China dengan Vietnam, Filipina, Taiwan). Dewasa ini sangat diperlukan diplomasi pertahanan dalam pengembangan pertahanan dan keamanan Indonesia serta kawasan Asia.
Peningkatan ini tentu tidak hanya dalam arti jumlah armada perang serta personel, tetapi kerja sama yang erat antarnegara di dalam suatu kawasan, melalui dialog dan trust building. Pertahanan dan keamanan kawasan yang dibangun atas dasar kerja sama antarnegara telah menjadi ciri khas abad sekarang ini.
Akhirnya pemahaman dan kerja sama politik-militer terkait isu-isu yang berkembang di kawasan wilayah ini merupakan elemen penting dalam membawa kesuksesan awal dari integrasi multilateral di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI