Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

RACHMAD YULIADI NASIR, Jurnalis Independent. Mesjid Deah Bitay Aceh Turkiye Jl.Teungku Di Bitay No.1\r\nBitay Jaya Baru Banda Aceh 23235. SMS: 088260020123\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

ICMI for President 2014

21 Desember 2012   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA-GEMPOL, Pada akhir bulan Desember 2012 ini, ICMI mengadakan Silaturahim Kerja Nasional (SILAKNAS) yang terbesar sejak kelahirannya 22 tahun yang lalu.

Silaknas ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia) mengangkat tema "Kepemimpinan Nasional dalam Membangun Peradaban Bangsa". ICMI melihat peran krusial dari kepemimpinan dalam perjalanan sejarah bangsa untuk membangun peradabannya.

ICMI sebagai kumpulan cendekiawan yang mumpuni dan tokoh-tokoh nasional merasa terpanggil untuk memberikan jawabannya dan ikut ambil bagian untuk  mewujudkannya. Tidak sekedar berwacana di menara gadingnya.

ICMI bukan parpol akan tetapi ICMI memiliki kewajiban mengawal proses demokrasi ini berjalan dan memberikan manfaat bagi umat Islam di Indonesia.

Pada diri kita masing-masing terdapat kemampuan untuk menjadi pemimpin dan sekaligus disitu melekat tanggungjawab untuk ikut memimpin bangsa kita, sesuai dengan bakat dan kemampuan kita masing-masing.

Rasulullah SAW mengatakan bahwa setiap kita adalah penggembala dan setiap penggembala akan dimintai pertanggungjawaban atas penggembalaannya.  Setiap kita adalah pemimpin.  Dan para pemimpin bukan saja harus bertanggungjawab kepada yang dipimpin, tetapi juga kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Sang Pencipta.

ICMI harus berkontribusi mengatasi penyakit politik yang menjangkiti bangsa.
Ada tiga penyakit politik yang masih menjangkiti bangsa kita, yakni politik uang, politik kekerasan, dan politik yang tidak mencerdaskan. Praktik mafia hukum di Indonesia saat ini justru semakin merajalela. Praktik tebang pilih penanganan kasus hukum juga semakin dipertontonkan.

Penegakan hukum yang terjadi saat ini, yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar, tergantung situasi dan kondisi sehingga kondisi tersebut menyentuh hati nurani dan rasa keadilan yang paling substansial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tugas dan tanggungjawab kita masing-masing adalah merumuskan dan melaksanakan peran kita yang terbaik bagi kepentingan dan kemajuan bangsa.

Kunci dari kemajuan suatu bangsa terletak pada kemampuan bangsa itu untuk membangun institusi-institusinya agar berfungsi dengan baik, agar mendukung proses kemajuannya. Institusi-institusi itu mencakup institusi politik, ekonomi, hukum, sosial dan  semua intitusi yang merupakan pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Membangun institusi yang berfungsi baik, berarti menyusun aturan-aturan main yang melandasinya, dan menyiapkan SDM yang mampu melaksanakan aturan-aturan main itu dengan baik. Ini bukanlah pekerjaan mudah  yang selesai semalam.

Hal ini memerlukan ketekunan, kepiawaian, kesetiaan pada prinsip-prinsip dasar dan kesetiaan pada tujuan akhir bagi pembentukan institusi yang baik, bagi institusi yang pro kemajuan bangsa.

Pada tahap seperti ini tugas utama kita adalah menata aturan-aturan main itu sendiri agar pas bagi kebutuhan bangsa dan menyiapkan manusia-manusia yang mempunyai sikap dan kemampuan yang pas pula untuk menjalankan aturan-aturan main itu dengan baik.

Yang kita butuhkan sekarang adalah manusia-manusia yang mampu dan berdedikasi untuk menyusun dan menata aturan-aturan main tersebut, dan bukan sekedar orang-orang yang mampu dan berhasil bermain dalam konteks aturan-aturan main yang ada, bermain di arena aturan-aturan main yang sebenarnya belum mapan itu.

Memang, mereka yang lebih mengutamakan untuk bermain daripada menata akan mendapatkan manfaat besar dan segera, manfaat pribadi, tapi akan sedikit saja memberi manfaat bagi bangsa, bagi terbangunnya institusi yang lebih baik. Itulah yang pada akhirnya membedakan mana yang negarawan dan mana yang bukan.

Terkait pemilihan Presiden tahun 2014 nantinya, maka ICMI mulai melirik sebagian calon Presiden yang potensial untuk memaparkan harapan mereka.Sebagian besar mereka adalah anggota ICMI yang terdiri dari beragam unsur dan partai politik.

ICMI juga mengundang dan memberi ruang kepada sejumlah tokoh yang sudah ditetapkan atau disebut-sebut akan diusung sebagai calon presiden pada 2014 untuk menyampaikan pandangannya tentang kebangkitan peradaban bangsa.

Pokoknya siapa yang menang maka yang menang sebagai Presiden 2014 adalah mewakili ICMI, jadi ICMI for President.

Mantan Presiden RI BJ Habibie juga menilai bahwa pemimpin harus memiliki wawasan yang menjadi daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan.Dalam hal ini yang penting ada wawasan. Ini adalah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan.

Tiap pemimpin harus melakukan perubahan. Wawasan merupakan daya dorong tegaknya kreativitas. Hal itu harus bersinergi dengan kekuatan yang ada sehingga mampu membuat perubahan.

Pemimpin sejati  harus fokus pada hal-hal spiritual. Dia mementingkan kesuksesan untuk amal dibandingkan dengan sekadar kesuksesan duniawi.  Pemimpin itu pun harus mengutamakan hubungan relasi penuh kasih sayang dan penuh penghargaan dibandingkan status kekuasaan semata.

Jabatan Ketua Presidium ICMI juga diserahterimakan dari dari Prof Nanat Fatah Natsir kepada Marwah Daud Ibrahim pada penutupan Silaturahim Kerja Nasional (Silaknas) ICMI.

ICMI juga harus bisa menjaga jarak dengan partai politik, meskipun kader-kader partai politik banyak yang menjadi anggota dan pengurus ICMI.

Semua partai ada di ICM, jadi harus bisa menjaga jarak antara partai yang memiliki kepentingan politik dengan ICMI yang memiliki kepentingan intelektual.

Di sini juga digelar pameran foto perjalanan 22 tahun ICMI, serta nonton bareng film Habibie dan Ainun. Pada silaknas ICMI tahun 2013 nanti sekitar bulan Desember 2013 baru kelihatan calon-calon Presiden yang benar-benar potensial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun