Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

RACHMAD YULIADI NASIR, Jurnalis Independent. Mesjid Deah Bitay Aceh Turkiye Jl.Teungku Di Bitay No.1\r\nBitay Jaya Baru Banda Aceh 23235. SMS: 088260020123\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Makam Kartosoewirjo di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu

7 September 2012   10:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 2508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA-GEMPOL, Salah satu riak-riak politik dari perjuangan kemerdekaan adalah munculnya DI/TII, dimana Kartosoewirjo sebagai Panglima/Pimpinan tertinggi Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Takdir berkata lain setelah Kartosoewirjo ditangkap dan di eksekusi di depan 12 orang eksekutor pada tanggal 5 September 1962.

Setelah 50 tahun kemudian, pada bulan September ini, publik baru tahu bahwa selama ini kuburan Kartosoewirjo berada di pulau Onrust, kepulauan Seribu. Dari foto-foto sejarah dapat kita ketahui kuburan atau makam terakhir Beliau adalah di Pulau Ubi, masih di kawasan pulau Seribu juga.

Namanya juga pulau Seribu, tentu saja susah mencarinya. Mungkin untuk menghilangkan jejak, pemerintahan Orde Lama, yaitu Presiden Soekarno merahasiakan makam yang sesungguhnya.

Kartosoewirjo sesuai proses militer dieksekusi di Pulau Ubi, dengan menumpang sebuah kapal dan dikawal ketat oleh Polisi Militer. Akhirnya oleh petugas militer Kartosoewirjo diikat pada tiang yang sudah tertancap.

Disaksikan beberapa pejabat yang hadir, regu tembak berjumlah 12 orang menembak mati Kartosoewirjo. Beberapa peluru menembus dada sebelah kiri Kartosoewirjo. Dari 11 pasukan penembak, 5 peluru bersarang di jantung, dada sebelah kiri, 2 peluru terkena paha kanan dan sebuah peluru bersarang di kelaminnya. Hanya 3 senjata yang kosong kelihatannya.

Untuk memastikan bahwa sang korban telah meninggal, maka komandan regu penembak melakukan tembakan dari jarak dekat ke arah kepala.

Hal ini dapat kita saksikan pada pameran 81 foto "Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Mati DI/TII"

Hadir juga anak kandung Beliau yang bernama Sardjono Kartosoewirjo anak bungsu dari SM Kartosoewirjo. Dia mengatakan bahwa ayahnya hanyalah manusia biasa. Karena Sempat tersiar kabar dan literatur yang menyebutkan Kartosoewirjo tidak mempan ditembak peluru, ini terbukti tidak benar. Malah ada juga khabar yang mengatakan Beliau hilang.

Disini terlihat bahwa Kartosoewirjo wafat sesuai prosedur standar, di tembak pada tiang eksekusi di pulau Ubi, kepulauan Seribu. Setelah eksekusi selesai tempat tiang eksekusi di bakar oleh pihak aparat.

Dari 12 anak Kartosuwirjo  yang hidup pada waktu eksekusi ada 7 orang dan lima orang yang ada di dalam foto.  Kelima anak Kartosoewirjo yang ada dalam foto-foto tersebut ialah Dodo M Dardan, Kartika, Darti, Tahmid Rahmad Basuki, dan Sardjono yang waktu itu berusia lima tahun.

Ada empat hal permintaan Kartosoewirjo kepada Mahkamah Darurat Perang (Mahadper) sebelum di eksekusi yaitu:

(1) Meminta bertemu dg perwira NII terdekat, tetapi ditolak,

(2) Meminta eksekusi dilihat oleh perwakilan keluarga, juga ditolak,

(3) Meminta jenazahnya dikembalikan ke keluarga dan dimakamkan di pemakaman keluarga, juga diditolak.

(4) Permintaan terkhir yang meminta bertemu dengan keluarga, ini yang dikabulkan.

Seusai eksekusi, jenazah Kartosoewirjo pun kemudian diperiksa tim dokter untuk memastikan bahwa pria yang kelahiran 7 Febriari 1905 di Cepu, Jawa Tengah itu sudah tidak bernyawa.

Usai pemeriksaan, jenazah dimandikan dengan air laut, dikafani dan disalatkan. Di foto terlihat Jenazah Kartosoewirjo diangkat dengan sebuah tandu dan dibawa ke tepi laut untuk dimandikan. Selanjutnya jasad Kartosoewirjo dikafani dan disalatkan tepi pantai.

Dari sekian banyak orang yang hadir, diantaranya ialah beberpa perwakilan instansi pemerintah, hanya empat petugas yang ikut mensalatkan. Setelah itu jenazah Kartosoewirjo dikuburkan di bawah sebuah pohon besar.

Sekarang menjadi tugas para ilmuwan sejarah untuk membuktikan apakah foto-foto tersebut asli atau rekayasa semata.

Kita ketahui di gedung ARSIP nasional terdapat foto-foto sejenis, tetapi mengapa foto tersebut belum di buka untuk umum?

Ruangan diskusi dan bedah buku serta pameran foto ini terasa sesak dengan hadirnya 500 orang pengunjung menyaksikan sejarah masa lalu yang baru terkuak sekarang ini.

Hari-hari kedepan keluarga Kartosoewirjo akan berkunjung ke pulau Ubi untuk berziarah, karena selama 50 tahun ini, mereka selalu berziarah ke makam Kartosoewirjo di Pulau Onrust.

Dimana Pulau Onrust adalah salah satu pulau yang terdekat dari teluk Jakarta, bila kita kunjungi di samping pulau Bidadari dan pulau Cipir. Penulis sendiri terakhir berada di pulau Bidadari pada Liburan panjang selama tiga hari sejak tanggal 14 - 16 Maret 2010 (Hari Minggu-Hari Selasa).

Ketika itu Penulis bersama rombongan rekan-rekan jurnalis lainnya berlibur ke Pulau Bidadari untuk menghabiskan liburan panjang. Sempat juga mengitari Pulau Onrust dan pulau Cipir. Lain kali mungkin akan berkunjung ke pulau Ubi.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun