(1) Meminta bertemu dg perwira NII terdekat, tetapi ditolak,
(2) Meminta eksekusi dilihat oleh perwakilan keluarga, juga ditolak,
(3) Meminta jenazahnya dikembalikan ke keluarga dan dimakamkan di pemakaman keluarga, juga diditolak.
(4) Permintaan terkhir yang meminta bertemu dengan keluarga, ini yang dikabulkan.
Seusai eksekusi, jenazah Kartosoewirjo pun kemudian diperiksa tim dokter untuk memastikan bahwa pria yang kelahiran 7 Febriari 1905 di Cepu, Jawa Tengah itu sudah tidak bernyawa.
Usai pemeriksaan, jenazah dimandikan dengan air laut, dikafani dan disalatkan. Di foto terlihat Jenazah Kartosoewirjo diangkat dengan sebuah tandu dan dibawa ke tepi laut untuk dimandikan. Selanjutnya jasad Kartosoewirjo dikafani dan disalatkan tepi pantai.
Dari sekian banyak orang yang hadir, diantaranya ialah beberpa perwakilan instansi pemerintah, hanya empat petugas yang ikut mensalatkan. Setelah itu jenazah Kartosoewirjo dikuburkan di bawah sebuah pohon besar.
Sekarang menjadi tugas para ilmuwan sejarah untuk membuktikan apakah foto-foto tersebut asli atau rekayasa semata.
Kita ketahui di gedung ARSIP nasional terdapat foto-foto sejenis, tetapi mengapa foto tersebut belum di buka untuk umum?
Ruangan diskusi dan bedah buku serta pameran foto ini terasa sesak dengan hadirnya 500 orang pengunjung menyaksikan sejarah masa lalu yang baru terkuak sekarang ini.
Hari-hari kedepan keluarga Kartosoewirjo akan berkunjung ke pulau Ubi untuk berziarah, karena selama 50 tahun ini, mereka selalu berziarah ke makam Kartosoewirjo di Pulau Onrust.