Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

RACHMAD YULIADI NASIR, Jurnalis Independent. Mesjid Deah Bitay Aceh Turkiye Jl.Teungku Di Bitay No.1\r\nBitay Jaya Baru Banda Aceh 23235. SMS: 088260020123\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permainan Dolanan Anak-anak yang hampir Punah

2 Juni 2012   08:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JAKARTA-GEMPOL, Saat ini banyak anak-anak yang tidak mengerti akan budaya bangsa. Mereka lebih asik bermain game online, play station dan lainnya. Ada banyak cara untuk melestarikan budaya bangsa tersebut yang salah satunya adalah dengan membuat lukisan dan buku ilustrasi tembang dolanan anak-anak.

Kita harus membela kesenian pinggiran karena kesenian kurang dihargai yang dianggap sama nilainya dengan seni kontemporer. Untuk menjaga kelestarian budaya terutama di kalangan anak-anak. Paling tidak mereka tahu kita punya warisan budaya seperti ini yang harus dilestarikan.

Disini kita dapat menyaksikan perjalanan sejarah sejak tahun 1938, dimana H. Overbeck mendokumentasikan 690 tembang dolanan anak dalam bukunya berjudul Javaansche Meisjesspelen en Kinderliedjes. Seiring perkembangan zaman, tembang dolanan anak itu sebagian besar sudah punah.

Untuk melestarikan dolanan anak yang pernah menjadi ciri kebudayaan bangsa Indonesia. Ilustrasi yang tercetak di buku Overberck sulit dinikmati orang karena ukurannya terlalu kecil hanya 7x11 centimeter persegi.

Selain ilustrasi lukisan, juga dipamerkan ilustrasi foto yang dibuat pada tahun 1930-an. Dalam buku itu termuat 152 tembang dolanan anak yang diambil dari buku Overberck seperti tembang ilir-ilir, Jah Gajah Telena, Soyang-soyang dan masih banyak lagi.

Tembang dolanan anak itu tidak seluruhnya masih dikenal melodinya.Hanya 40 persen lirik tembang yang diketahui melodinya. Selebihnya mereka hanya tahu liriknya saja.

Anak-anak memiliki perbendaharaan beberapa lagu dolanan yang dihapalkan luar kepala. Hapalan itu mudah tertanam karena lagu-lagu itu disusun dalam puisi yang indah. Puisi ini bisa dibuat untuk mengiringi permainan mereka atau justru berasal dari permainan anak-anak itu sendiri.

Permainan anak-anak memang tetap ada sampai sekarang. Hanya bentuknya sudah berubah. Anak-anak sekarang lebih banyak bermain games. Games memang menimbulkan kesenangan dan mengasyikkan.
Namun games tidak mendekatkan anak-anak pada alam dan lingkungan. Permainan anak-anak di masa lalu mengajarkan kedekatan dengan alam dan kebersamaan karena dimainkan secara komunal.

Kebersamaan itu terjalin melalui interaksi bersama-sama saat mereka bermain.

Permainan adalah awal dari kebudayaan. Anak-anak kini menjadi lebih individualistis karena "teman" yang dikenal anak melalui games adalah teman virtual. Kebiasaan ini nantinya membentuk manusia dewasa yang individualistis, egois dan sinis terhadap kebersamaan dan kesosialan.

Berikut lagu yang sudah terlupakan oleh kita untuk anak-anak masa kini:

Ilir-ilir, ilir-ilir
tandure wus sumilir
tak ijo royo-royo
tak sengguh temanten anyar

Bait di atas di atas secara harafiah menggambarkan hamparan tanaman padi di sawah yang menghijau, dihiasi oleh tiupan angin yang menggoyangkannya dengan lembut.
Tingkat ke-muda-an itu dipersamakan pula dengan pengantin baru. Jadi ini adalah penggambaran usia muda yang penuh harapan, penuh potensi, dan siap untuk berkarya.

Bocah angon, bocah angon
penekno blimbing kuwi
lunyu-lunyu penekno
kanggo mbasuh dodot-iro

Anak gembala, panjatlah [ambillah] buah belimbing itu [dari pohonnya].
Panjatlah meskipun licin,karena buah itu berguna untuk membersihkan pakaianmu.

Buah belimbing yang seringkali bergigir lima itu melambangkan lima rukun Islam; dan sari-pati buah itu berguna untuk membersihkan perilaku dan sikap mental kita.
Ini harus kita upayakan betapapun licinnya pohon itu, betapapun sulitnya hambatan yang kita hadapi.

Anak gembala dapat diartikan sebagai anak remaja yang masih polos dan masih dalam tahap awal dari perkembangan spiritualnya. Konotasi inilah yang sering muncul seketika bila orang Jawa menyebut 'bocah angon'.

Namun pengertiannya dapat pula ditingkatkan menjadi
pemimpin, baik pemimpin keluarga, tokoh masyarakat, ataupun pemimpin formal dalam berbagai tingkatan.

Dodot-iro, dodot-iro
kumitir bedah ing pinggir
dondomono, jlumatono
kanggo sebo mengko sore

Pakaianmu berkibar tertiup angin, robek-robek di pinggirnya.
Jahitlah dan rapikan agar pantas dikenakan untuk "menghadap" nanti sore.

"Sebo" adalah istilah yang dipergunakan untuk perbuatan 'sowan'
atau menghadap raja atau pembesar lain di lingkungan kerajaan.

Makna pakaian adalah perilaku atau sikap mental kita.
Menghadap bermakna menghadap Allah.
Nanti sore melambangkan waktu senja dalam kehidupan, menjelang kematian kita.

Mumpung padhang rembulane
mumpung jembar kalangane

Manfaatkan terang cahaya yang ada, jangan tunggu sampai kegelapan tiba. Manfaatkan keluasan kesempatan yang ada, jangan menunggu sampai waktunya menjadi sempit bagi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun