Saya sedang duduk-duduk dan sedang merapikan catatan mencatat alamat website internet. Salah seorang penumpang mendekat dan berdiri disamping Saya kemudian bertanya,"Tinggal dimana dan sedang apa," Saya menjawab,"Saya tidak punya rumah, gempol (gelandangan politik)."
Penumpang itu kemudian membungkukan tubuhnya tanda memberi penghormatan, "Tidak punya rumah tetapi semua catatannya homepage (rumah alam maya/website)."
Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Aceh, Jakarta, Minggu, 26 Desember 2004, di Istora Senayan sedang diadakan acara halal bi halal masyarakat Aceh yang tinggal di kawasan Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Disini Saya bertemu dengan teman-teman lama dan siangnya berkunjung ke kawasan Menteng Jakarta Pusat. Mereka bekerja di salah satu media online dan redaksinya mantan reporter stasiun SCTV yang telah keluar.
Mulai jam 13:30 WIB-20:30 WIB, Saya berada di media online tersebut. Tangan Saya berada di remot TV menyaksikan siaran dari stasiun berita MetroTV, SCTV dan BBC, untuk mengikuti perkembangan Gempa Bumi yang terjadi di Aceh. Ini karena setelah jam 09:00 WIB, hubungan komunikasi Aceh dan Jakarta telah putus total.
Masalah Tsunami Aceh sorenya kami semua baru tahu jam 17:00 WIB. Foto-foto korban yang berjatuhan dari Bireun Aceh Utara telah masuk ke ruang redaksi. Internet merupakan sarana yang penting saat itu. Saya bergabung dengan teman wanita sibuk browsing situs berita.
Hari itulah Saya mulai lancar dan puas main internet seharian mencari berita sendiri dan mencatat data-data terbaru dari internet dan televisi tentang jumlah korban Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang telah jatuh.
Hari Senin, 27 Desember 2004, pagi jam 07:00-09:00 WIB, diskusi topik pagi di Hotel Nikko masalah Gempa Bumi dan Tsunami Aceh. Siangnya Saya menuju gedung Kemenristek, perpustakaan BPPT mencari koran berita-berita tentang Aceh.
Saya heran bahwa di meja telah tersedia peta-peta tentang hasil riset Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia, jurnal-jurnal ilmiah dan koran yang tersusun rapi yang diletakan oleh seorang wanita petugas perpustakaan yang sangat senang bila Saya datang dan bertemu dengan dirinya. Mereka telah hapal kapan Saya datang berkunjung ke perpustakaan BPPT.
Sorenya Saya datang ke perpustakaan swasta lainnya dan mulai mencari berita di internet. Selama 3 bulan setelah itu hampir tiap hari Saya berkunjung ke perpustakaan PNRI main internet. Hari libur dan malam hari kalau ada waktu Saya berkunjung ke toko buku Sarinah, Gunung Agung dan Gramedia. Tujuannya membaca semua buku tentang iptek, komputer, serta politik.
Pada tanggal 25 Maret 2005, barulah hadir email Saya untuk pertama kalinya di jagat maya ini. Kemudian tulisan-tulisan Saya mulai bertebaran di milis-milis, dan berbagai media online.
Di penghujung tahun 2008 maka Perpustakaan PNRI Salemba yang memakai sistem peminjaman tertutup mulai buka cabang di jalan Medan Merdeka Selatan. Perpustakaan ini memakai sistem peminjaman terbuka dan ada 15 PC yang terhubung dengan Internet dan semuanya gratis bagi masyarakat.