JAKARTA-GEMPOL, Orang-orang di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa,"Belum disebut makan bila Kita belum makan nasi." Padahal orang tersebut telah makan yang selain nasi. Memang makanan pokok bangsa Indonesia adalah nasi dan di daerah lain pada beberapa bagian lain negara Indonesia Mereka makan ubi, singkong, sagu dan jagung.
Sesuai kaidah definisi puasa bahwa,"Menahan diri dari yang membatalkan baik makanan dan minuman yang masuk dalam mulut," jadi makanan adalah benda padat dan minuman adalah benda cair.
Bagi saya pribadi yang menjalani Program Tidak Makan Nasi berpendapat bahwa," Selama ini tidak makan makanan yang berbentuk nasi tetapi memakan makanan yang berbentuk padatan yang berbentuk selain nasi.
Bila ada orang bilang saya tidak makan maka salah besar. Tetap makan untuk melangsungkan kehidupan. Hanya orang mati saja yang tidak makan dan tidak minum lagi karena mereka tidak butuh hal itu lagi, sudah menjadi mayat.
Beberapa waktu yang lalu tepatnya hari Jumat, 23 Januari 2014. Saat santai dan duduk-duduk dengan orang lain yang baru saya kenal pasca shalat Magrib. Menjelang Isya beberapa orang sedang makan nasi dan setelah shalat Isya sahabat baru tadi menawarkan nasi yang berbentuk bungkusan kepada saya yang sedang siap-siap untuk pergi ke tempat lain.
Dia berkata,"Sudah makan bang?" "Belum" ujar saya. Kemudian orang tersebut menyerahkan nasi dalam bungkusan, orang lain sudah makan, ini bawa saja nasinya.
Bungkusan nasi tersebut saya masukan ke dalam tas. Dan di suatu tempat kemudian saya buka isinya: nasi, sayur dan seekor ikan. Saya hanya makan sayur dan ikan saja sedangkan nasinya kemudian saya berikan untuk ikan agar dimakan oleh ikan-ikan itu di suatu tempat lain.
Jadi ikan makan nasi dan manusia makan ikan. Kemarin itu saya sedang dalam Program Satu Tahun Tidak Makan Nasi. Untuk mengenang tragedi 19 tahun korban Kapal KMP Gurita maka Saya menjalani "Program Tidak Makan Nasi Selama Satu Tahun" terhitung tanggal 19 Januari 2015,dini hari jam 00:00 WIB, hingga tanggal 19 Januari 2016, jam 23:59 WIB.
Memang ada juga ikan yang bandel makan manusia seperti terjadi pada kasus tenggelamnya korban Kapal KMP Gurita di Sabang, ada ikan hiu yang memakan mayat dari kapal Gurita. Setelah ditangkap oleh nelayan di lampulo Banda Aceh dan dibedah perutnya berisi potongan kaki dan jari manusia dan diperkirakan berjenis kelamin anak perempuan.
Bila kita berjalan menelusuri kali krueng Aceh maka sepanjang pelabuhan lampulo ada beberapa nelayan yang menjemur kulit dan sirip ikan hiu untuk dipasarkan keluar negeri. Ada juga orang yang berkata kepada saya pada April 1996," Untung saja kamu dik tidak tenggelam bersama kapal KMP Gurita, kalau tidak maka kamu akan dimakan ikan hiu."
Untung saja orang tersebut tidak mengenal saya dan tidak mengetahui bahwa kedua orang tua saya telah tenggelam pada hari Jumat malam, 19 Januari 1996.