JAKARTA-GEMPOL, Batu akik asal Aceh benar-benar telah menyihir banyak orang. Dari rakyat kecil hingga para pejabat tinggi ingin memilikinya. Semua orang sekarang senang berburu batu akik asal Aceh, memotong batu, mengasah batu dan mengoleksikannya.
Puluhan hingga ratusan tempat usaha batu akik Aceh muncul seperti jamur di musim hujan. Setiap pojok jalanan ada kios untuk penjualan batu akik. Trotoar jalanan juga dipenuhi para penjual batu akik. Semuanya demam giok Aceh.
Salah satu kawasan terkenal sebagai daerah penghasil batu giok terbaik yang ada di Aceh adalah Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya. Ternyata setiap hari ada 5.000 orang keluar masuk hutan mencari batu. Aktivitas penambang batu akik di kawasan hutan lindung Beutong Atueh membuat warga khawatir terhadap dampak kerusakan hutan yang bisa mengancam terjadinya longsor dan banjir di kemudian hari.
Berhubung banyaknya aktifitas kegiatan pencinta batu akik asal Aceh maka dibentuklah suatu panitia untuk kontes dan pameran yang bertajuk Atjeh Batee Festival. Acara ini yang pertama dan dilaksanakan di Hermes Palace Hotel Banda Aceh sejak tanggal 3-8 Februari 2015. Ketua panitianya adalah Octowandi General Manager Hermes Palace Hotel yang juga punya hobi batu akik dan memiliki banyak batu koleksinya.
Festival ini dibuka oleh Wakil Gubernur Aceh pada hari Selasa, 3 Februari 2015. Seharusnya Gubernur Aceh sendiri yang membukanya tetapi berhubung Gubernur Aceh sedang tugas ke Jakarta maka tidak bisa membuka acara tersebut. Hadir pula mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Beberapa pejabat di Aceh memperoleh cincin batu Akik Aceh dari ketua panitia Octowandi.
Informasi pertama dikatakan bahwa pembukaan acara akan dilaksanakan pada jam 10:00 WIB dan karena satu dan lain hal maka diundur menjadi jam 14:30 WIB. Untuk perlombaan maka setiap orang harus membuat sertifikat untuk batu yang dimilikinya. Sertifikat termurah seharga Rp 100.000 berupa kertas kecil dan Rp 150.000 berupa card seperti KTP tetapi fotonya buram dan RP 200.000 untuk sertifikat dengan foto yang jernih.
Bagi pemilik batu dengan harga mahal rata-rata mengambil sertifikat dengan harga Rp 200.000 sedangkan untuk batu bongkahan dikenakan biaya sertifikat seharga Rp 350.000. Para kolektor ada juga yang mengambil sertifikat Rp 200.000 untuk dipajang di stan masing-masing dan untuk koleksi mereka sendiri.
Dari 50 stan yang disediakan oleh panitia ternyata hanya 28 stan yang ditempati oleh peserta pameran batu akik Aceh. Dari beberapa stan pameran terdapat batu yang mahal seperti batu mulia jenis safir yellow (safir kuning) sabit Tanzania yang harganya mencapai Rp 675 juta.
Harga batu ini mahal karena ada tambahan 120 butir berlian di gagang cincinya. Batu lainnya yang harganya juga mahal yaitu jenis kembang jati Aceh super. Batu ini dipatok dengan harga Rp 20 juta. Bio solar dijual dengan harga antara Rp 5 juta hingga puluhan juta rupiah.
Ada juga batu-batu akik yang termurah seharga RP 50.000 dan menjelang hari penutupan batu-batu tersebut diobral dengan harga Rp 100.000 untuk 3 buah batu. Ada juga batu black Jack yang belum diasah berbentuk segiempat dengan harga RP 50.000.
Untuk perlombaan maka panitia menerapkan aturan tiap batu dikenakan biaya sebesar Rp 350.000. Kontes batu yang digelar di ajang ini terdiri dari empat kategori yaitu Idocrase, Calcedony atau Cempaka, Agate atau Akik dan Bacan. Acara dilaksanakan di samping kolam renang dengan ruangan terbuka. Pengunjung dan peserta sangat menikmati kontes ini. Ada 500 orang peserta perlombaan.