Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pohgading dalam Babad (Part 1)

26 Mei 2021   09:29 Diperbarui: 26 Mei 2021   09:34 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pohgading termasuk desa tua di pulau Lombok, usianya hampir sama dengan desa Apitaik, Pringgabaya, Mamben, Batukliang dll.

Nama Pohgading sering di sebut dalam beberapa babad, salah satunya adalah babad Sakra. Babad Sakra sendiri adalah babad yang menceritakan tentang perang Sakra. Perang Sakra terjadi pada tahun 1824 s.d 1828, melibatkan kedatuan Sakra dengan Singasari Sasak (Karangasem Sasak).

Wilayah Lombok bagian timur sendiri, termasuk Pohgading pada masa itu hampir secara keseluruhan di bawah kendali pemerintahan beberapa kerajaan Bali Lombok. Ada empat kekuatan Bali Lombok yang cukup besar pada masa itu, yaitu, Pagesangan, Pagutan, Karangasem Sasak (Singasari Sasak) dan Mataram. Dan masing masing kerajaan ini mempunyai daerah kekuasaan sendiri sendiri.

Pada perang Sakra ini, empat kerajaan Bali (Pagutan, Pagesangan, Singasari Sasak dan Mataram) bersatu menghadapi Sakra. Sedangkan Sakra sendiri mendapatkan bantuan dari beberapa desa yang ada di wilayah Lombok bagian timur.

Pada saat Sakra bergejolak, desa desa di wilayah timur Lombok pun ikut bergejolak. Tidak terkecuali Pohgading.

Babad Sakra pada pupuh 851 s.d 852 dan pupuh 864 s.d 866, menyebutkan,  di Pohgading berkuasa seorang Bali dari golongan praratu bernama Made Belosok. Ia adalah perwakilan Bali yang bertugas di Pohgading. Perwakilan Bali ini biasanya bertugas memungut pajak.

Selanjutnya diceritakan, dua orang Pohgading bernama Jro Rais dan Jro Inarsa menghadap kepada Made Belosok. Dua orang ini menceritakan kalau Sakra sudah mulai berperang melawan Singasari Sasak, mendengar hal tersebut, keluarlah tai (kotoran) Made Belosok saking takutnya, dan seketika itu pula ia menghambur keluar dari rumahnya.

Ternyata, di depan rumahnya sudah menunggu orang orang Pohgading dengan persenjataan lengkap. Tanpa ampun, dengan menggunakan tombak bergagang pendek, salah satu orang Pohgading menombak dada Made Belosok.

Mengenai kematian Made Belosok ini. Salah satu versi menyebut, Made Belosok terlebih dahulu berduel dengan Jro Rais sebelum akhirnya kalah dan tewas.

Berita tewasnya Made Belosok sampai ke telinga orang orang Swela. Komunitas Bali dulu banyak tinggal di Swela. Khawatir mereka menjadi sasaran pasukan Pohgading selanjutnya. Ramai ramai mereka mengungsi ke Pringgabaya.

Di Pringgabaya sendiri, berkuasa seorang praratu bernama Komang Gredek. Statusnya hampir sama dengan Made Blosok yaitu wakil dari Singasari Sasak.

Selanjutnya, dua orang tokoh Pringgabaya bernama Lalu Ayub dan Guru Usman datang menghadap ke Komang Gredek. Mereka memberi saran, agar sebaiknya warga Swela yang sedang bersama Komang Gredek segera pulang ke Cakra. Mengingat pasukan Pohgading mengincar mereka sebagai sasaran selanjutnya.

Mendengar saran dua orang Pringgabaya itu, Komang Gredek terdiam dan akhirnya menyatakan kesetujuanya. Ia mengatakan akan pulang ke Cakra bersama warga Swela tepat tengah malam nanti dan akan melewati kokok Pede'.

Lalu Ayub dan Guru Usman yang mendengar langsung ucapan Komang Gredek, langsung menulis surat ke Jro Rais dan Jro Inarsa. Isi surat tersebut adalah informasi mengenai rencana keberangkatan Komang Gredek dan warga Swela ke Cakra tepat tengah malam nanti. Rupanya, Lalu Ayub dan Guru Usman telah memperdaya Komang Gredek.

Jro Rais dan Jro Inarsa segera mempersiapkan jagoan pilihan dari semua lelaki yang ada di Pohgading. Jumlah lelaki yang terkumpul sebanyak 130 orang. Pada hari itu juga pasukan Pohgading bergerak menuju kokok Pede'.

Tepat tengah malam, rombongan Komang Gredek melewati kokok Pede'. Pasukan Pohgading segera melakukan penyergapan. Pertempuran tidak bisa dielakan. Jeritan dan raungan memecah kesunyian malam. Mayat bergelimpangan, darah telah memerahkan air kokok Pede'.

Hampir seluruh rombangan Komang Gredek tewas pada malam itu. Sebagian yang selamat ditawan di desa Pohgading.

Demikian sedikit kisah Pohgading yg tercatat dalam babad Sakra, masih banyak kisah menarik lainya tentang Pohgading, saya ceritakan sedikit dulu, nanti disambung lagi.

Tabek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun