Mohon tunggu...
Gesha Rahmalia
Gesha Rahmalia Mohon Tunggu... -

pejuang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BANGUN HUBUNGAN BAIK UNTUK GENERASI YANG LEBIH GEMILANG

16 Mei 2015   06:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kualitas pendidikan menjadi penentu mutu dari peserta didik. Pada saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia kurang baik, sehingga peserta didik sebagai output pendidikan memiliki kualitas yang kurang baik pula. Peserta didik yang dihasilkan dari pendidikan yang berkualitas adalah peserta didik yang produktif. Untuk menghasilkan peserta didik yang produktif, dibutuhkan pendidik yang berkualitas. Pendidik merupakan salah satu bagian penting dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya pendidik, apalah arti pendidikan. Pada bangsa ini, pendidik dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Hal ini mengartikan bahwa pendidik merupakan model tauladan bagi murid-muridnya juga masyarakat. Pandangan ini didukung oleh pendekatan psikologis, bahwa pendidik merupakan salah satu social modeling di masyarakat. Namun pada kenyataannya marak fenomena perilaku oknum pendidik yang tidak pantas ditunjukan, seperti beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini, yaitu Kekerasan Terhadap Murid Dilakukan Oknum Kepala Sekolah” (Kamis, 01 Maret 2012 - 16:39:21 WIB) Jaya Pos Online tersedia: http://harianjayapos.com/detail-824-kekerasan-terhadap-murid-dilakukan-oknum-kepala-sekolah.html; dan “Siswa Laporkan Guru Sadis ke Polisi” (25 Mei 2012 18:51) Kabar24.com tersedia: http://www.kabar24.com/index.php/siswa-laporkan-guru-sadis-ke-polisi/.

Contoh kasus ini membuat semakin tragis problematika dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang seharusnya dapat melahirkan generasi yang berkualitas, tapi ternyata sebaliknya. Melihat kasus diatas, interaksi antara pendidik dan peserta didik mempengaruhi kualitas dari pendidik. Tidak hanya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh pendidik yang penting, namun interaksi antara pendidik dan peserta didik merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas dari pendidik itu sendiri. Menurut teori hirarki kebutuhan Maslow (Yusuf LN dan Nurihsan, 2011: 156) dalam pendekatan humanistik, manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, kebutuhan tersebut dapat menjadi motivasi bagi manusia untuk selalu berkembang.

Hirarki kebutuhan Maslow dari tingkat terendah, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estika, dan kebutuhan aktualisasi diri (Yusuf LN dan Nurihsan, 2011: 157). Seorang pendidik dapat berperan membantu peserta didik dimulai dari kebutuhan akan rasa aman, dimana hubungan yang dibangun oleh pendidik seharusnya dapat menimbulkan rasa aman, seperti membangun kondisi kelas yang kondusif dengan memberikan suasana nyaman baik secara verbal maupun nonverbal. Setelah timbul rasa aman dari peserta didik maka selanjutnya pendidik seharusnya memberikan pengakuan tehadap peserta didik sehingga menimbulkan rasa kasih sayang. Setelah peserta didik mendapatkan pengakuan dan memiliki rasa kasih sayang, peserta didik akan merasa dirinya dihargai. Setelah merasa dirinya dihargai maka peserta didik mempunyai keinginan untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik yang telah memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam akan memiliki kreatifitas yang lebih untuk dikembangkan. Dengan demikian, peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga menjadi pribadi efektif dan mengembangkan potensi diri. Oleh karena interaksi yang dibangun bersifat timbal balik, maka pendidik pula telah mengaktualisasikan dirinya. Begitulah kualitas pendidikan yang dibangun dari hubungan atau interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Jadi, kualitas pendidikan merupakan suatu tingkat atau kadar baik-tidaknya proses pendidikan dalam mengolah input pendidikan yang sesuai sehingga membuahkan hasil pendidikan setara dengan proses yang dilakukan.

REFERENSI

Yusuf LN, Syamsu dan Nurihsan, A Juntika. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun