Mohon tunggu...
Gegas Aulia
Gegas Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa pendatang di kota Jogja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Etnometodologi Harold Garfinkel: Perbedaan Formal Group dan Informal Group

14 Desember 2022   17:00 Diperbarui: 15 Desember 2022   11:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi yang semakin cepat sangat berpengaruh terhadap kemajuan aplikasi chatting online. Sepuluh tahun yang lalu aplikasi Black Berry Messenger merupakan aplikasi utama masyarakat dalam melakukan interaksi berkirim pesan secara online. Namun kini aplikasi tersebut harus tumbang dan muncul aplikasi chatting yang lebih canggih dan mempunyai banyak fitur, aplikasi tersebut adalah Whatsapp Messenger yang kini telah diunduh 5 miliar kali di playstore.

Whatsapp digemari karena mempunyai fitur lengkap seperti chatting, membuat grup, melakukan panggilan telepon, video call dan masih banyak yang lainnya. Kita sebagai pengguna dapat membuat grup berdasarkan kepentingan tersendiri. Pastinya masyarakat dari berbagai rentang usia mempunyai grup yang beranggotakan sekumpulan orang entah dari kenalan dekat, keluarga, teman sekelas ataupun kolega kerja.

Tentunya, percakapan dalam grup satu dengan grup yang lain berbeda-beda. Saya mempunyai grup yang bersifat formal dan informal, keduanya memiliki ciri khas tersendiri saat saling berinteraksi satu sama lain. Grup formal seperti grup mata kuliah yang berfungsi sebagai sarana percakapan antara dosen dengan mahasiswa, pesan yang dikirim pun tidak boleh sembarangan dan harus beretika.  

Berbeda dengan grup informal yang saya miliki, saya mempunyai beberapa teman yang suka main game online, kami membuat grup agar memudahkan kami jika ingin main bersama. 

Topik percakapan dalam grup ini terbilang random, kami bisa membahas masalah game, masalah pribadi karena saking dekatnya, dan topik-topik lain. Terkadang, kami suka balas balasan meme dan stiker lucu yang membuat anggota lain tertawa. Fenomena ini menurut saya merupakan contoh teori etnometodologi dari Harold Garfinkel karena menyangkut mengenai kegiatan manusia sehari-hari khususnya dalam berinteraksi satu-sama lain.

Saya mengenal teori etnometodologi Harold Garfinkel dari sebuah bacaan di internet dengan judul "Belajar Etnometodologi" oleh Tanti Chandra. Disana dijelaskan bahwa etnometodologi merupakan suatu himpunan penalaran akal sehat manusia yang memiliki prosedur serta pertimbangan-pertimbangan anggota masyarakat dalam memaknai kehidupan mereka sehari-hari, mencari jalan keluar dari permasalahan mereka sendiri serta menentukan tindakan yang harus mereka ambil. 

Hal tersebut memerlukan proses yang berkesinambungan, sehingga para anggota masyarakat dapat menghasilkan sistem atau pola yang teratur sebagai produk kegiatan metodis mereka berupa fakta-fakta sosial atau menghasilkan kontruksi realitas yang dibuat seseorang di saat interaksi sehari-hari berlangsung.

Menurut pemahaman saya, teori etnometodologi ini adalah suatu teori dimana kita sebagai manusia memiliki kontrol akan tindakan yang akan kita lakukan kedepannya  sesuai dengan penalaran berfikir kita,  bagaimana kita mampu menempatkan diri serta bagaimana kita dapat berperilaku berbeda dalam konteks yang sama. 

Seperti contoh yang telah dijabarkan diatas, dimana jika saya sebagai mahasiswa menggunakan pikiran saya untuk mengetahui hal yang akan terjadi jika salah berucap, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang akan terjadi atas tindakan yang saya lakukan. 

Jadi karena dalam grup mata kuliah tersebut merupakan grup formal, maka tindakan saya cenderung berusaha bersikap sebaik mungkin dan menghindari resiko-resiko yang dapat merugikan karena saya berhadapan dengan dosen yang harus dihormati dan juga dihargai. 

Berbeda dengan grup informal dimana saya dan teman sudah kenal lama dan akrab maka saya bebas mengekspresikan apa saja karena konteks kita dalam grup ini merupakan hubungan pertemanan. 

Dalam grup informal saya dengan teman saya juga mempunyai ungkapan indeksikal dalam etnometodologi seperti "inpo", hal tersebut berarti terdapat anggota yang mengajak main game anggota lain dan mereka mengerti ungkapan tersebut karena telah menjadi kebiasaan.

Harold Garfinkel adalah seorang sosiolog Amerika yang lahir di New Jersey, 29 Oktober 1917. Pada tahun 1952 beliau mendapatkan gelar doktornya dari Harvard University. Setelah mendapatkan gelar doktornya, beliau pindah ke Ohio State dan melakukan studi proyek penerbangan dan perkapalan. Garfinkel juga pernah bergabung dengan proyek riset juri di Kansas dan memakai istilah etnometodologi dalam pertemuan American Sociological Association di tahun 1954.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun