Mohon tunggu...
Akmal Muminin
Akmal Muminin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sharing informasi Unik Dan Download Software Gratis dari gegares.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pangeran Ayam #2

7 Desember 2012   08:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sang Raja Penguasa Negeri Alay, putranya lebih baik mati daripada di obati oleh orang yahudi-musuh bebuyutannya. Salah seorang mentrinya pernah bercerita tentang kelicikan orang yahudi:
Ketika ia sedang menghadiri suatu konferensi internasional, secara kebetulan tempat duduk dia bersebelahan dengan tempat duduk seorang mentri dari negeri Paman Sam yang beragama Yahudi. Kebetulan-kebetulan semacam itu  membuat dia bingung, tetapi apa boleh buat? Kalau pindah tempat duduk, takut dianggap penghinaan terhadap wakil resmi negara Paman Sam.
Sebagaimana biasanya dalam konferensi-konferensi internasional, pidato-pidato yang dibacakan itu semuanya sudah tertulis rapi, dibuat oleh staff-staff ahli para menteri yang menyampaikan dan akan dipelajari oleh staff-staff ahli para menteri yang mendengarkannya. Para menteri yang hadir, harus karena harus hadir. Hanya basa-basi. Ada yang mengantuk, bahkan ada yang ketiduran. Ada yang sampai ngorok. Membosankan!

Menteri dari Negeri Alay harus menyembunyikan rasa kesal di balik senyumannya yang palsu. Ia harus menunjukan sikap ramah terhadap perwakilan Paman Sam yang beragama Yahudi itu, karena kalau tidak, bantuan tahunan dari berbagai lembaga keuangan yang diberikan kepada negaranya atas jaminan Paman Sam bisa mengalami kemacetan. Apa boleh buat!
Sejak mulainya rapat itu, Menteri dari Negeri Alay melihat sesuatu yang aneh. Sebentar-sebentar menteri dari negara Paman Sam memasukan tangan ke dalam kantong jasnya, mengeluarkan sesuatu dan memakannya. Aneh!
Karena begitu ingin tahunya, akhirnya Sang menteri itu bertanya kepada Menteri Zionis itu, "Tuan Menteri, kalau boleh saya tau, apa yang sedang anda makan dari tadi?"
"Oh tentu saja, lihat ini... biji apel" jawabnya, sambil mengeluarkan 2 biji apel dari kantongnya.

"Biji apel? Tuan menteri makan biji apel? Apa khasiatnya?" Menteri dari negeri Alay heran sekali.
"Ha, Anda belum tau? Hasil riset kami bertahun-tahun membuktikan bahwa biji aple bisa mencerdaskan kita, menambah kemampuan dan kinerja otak kita", kata Menteri dari Paman Sam menjelaskan.
"Benarkah demikian? Apabila Tuan Menteri tidak keberatan, bisakah saya mencoba biji itu?" Menteri dari Negeri Alay tergiur untuk mencobanya.
"Sayang sekali, tinggal dua biji. Begini saja: Satu untuk saya dan satu untuk Anda- tetapi anda harus membayar 10 dolar untuk satu biji ini." Paman Sam selalu akurat, tidak pernah meleset.
Menteri dari Negeri Alay senang sekali, ah itulah rupanya rahasia dari kecerdasan bangsa Amerika. "Terima kasih, terima kasih. Tuan Menteri begitu baik hati, memberikan sesuatu yang sangat berharga sekali, bermanfaat sekali."
Setelah memakan biji aple itu, Sang menteri mulai berpikir, "Edan-gila-tidak waras, sepuluh dolar untuk satu biji apel!" Ia menahan-nahan rasa kesalnya, akhirnya meluap juga, "Tuan menteri, baru terpikir sekarang oleh saya- dengan uang 10 dolar mungki saya bisa beli beberapa kilo apel. Tadi Tuan menjual satu biji seharga 10 dolar. Betapa bodohnya saya!"
"Nah itu, bukti keampuhannya! Begitu makan biji apel itu, Anda memperoleh pencerahan. Anda baru sadar bahwa Anda bodoh. Itu hasil biji apel tadi. Sekarang Anda cerdas. Anda tidak akan dibodohi lagi dan semuanya itu karena satu biji apel, benar kan?" ujar Menteri Paman Sam.
Sang Raja, Penguasa Negeri Alay masih ingat betul pengalaman menterinya. Ia kesal, tetapi harus menahan rasa kesalnya. Ia tidak ingin bermusuhan dengan Paman Sam.
Tetapi bagaimanapun juga, ia tidak akan mengundang ulama Yahudi menginjakan kakinya di istana Alay, mustahil! Bersambung

Pangeran Ayam #1

Pangeran Ayam #2

Pangeran Ayam #3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun