Kapten adalah pemimpin. Kehadirannya harus memberikan pengaruh pada mentalitas tim selama pertandingan berlangsung. Ketika tim dalam tekanan, kapten lah yang semestinya mempengaruhi dan membangkitkan semangat tim untuk merespon dengan tepat. Tapi Icardi belum menunjukan pengaruh tersebut. Tengoklah beberapa kesalahan karena kurangnya mentalitas menghadapi tekanan. Kartu merah, blunder, kebobolan di akhir pertandingan cukup sering terjadi. Yang terbaru misalnya saat melawan Torino, sempat unggul 1-0, inter akhirnya menyerah 1-2 karena harus mengakhiri laga dengan 9 orang. Begitu juga saat kebobolan di menit akhir dan gagal menjaga keunggulan ketika melawan Carpi (kebobolan menit 92), kalah dari Fiorentina (kebobolan menit 90), kalah dari Sassuolo (kebobolan menit 95), kalah dari Lazio (kebobolan 87 dan 93)
Menjadi seorang kapten memang tidak mudah. Selain harus memiliki kemampuan yang baik, seorang kapten harus bisa memberikan pengaruh positif kepada tim. Hal tidak selalu akan berjalan sesuai rencana saat pertandingan sudah berjalan. Disinilah peran Icardi sebagai kapten menjadi sangat penting, selain melakukan tugasnya sebagai striker, dia juga harus mampu menjaga dan membangkitkan semangat tim selama 90 menit. Namun sayangnya, itu belum terjadi. Kesimpulan pun bisa diambil, Icardi belum siap menjadi kapten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H