Dengan ditunjuknya tokoh yang loyal terhadap JK, yaitu Sofyan Djalil, sebagai Menko Perekonomian semakin menguatkan kabar yang menyatakan bahwa JK sangat ingin menjadi "The Real President" pada pemerintahan saat ini. Sofyan Djalil sendiri, meskipun sempat dipanggil beberapa kali terkait Skandal Century, namanya sebagai praktisi pasar modal dan pemikir BUMN sudah cukup dikenal luas publik. Setidaknya demikian pendapat peneliti LSP Gede Sandra saat dihubungi.
"Namun akan terlalu beresiko bagi Pak Jokowi untuk menunjuk Sofyan Djalil sebagai Menko Perekonomian yang membutuhkan pengetahuan yang baik tentang makro ekonomi. Makro ekonomi adalah ilmu yang dapat diibaratkan seperti memegang kendali sebuat pesawat jet. Lajunya sangat kencang dan sekali salah pencet tombol sangat beresiko terjadi kecelakaan. Saya yakin dalam hal ini yang bersangkutan bukanlah pilot yang baik."
Menurut Gede, sebaliknya patut dicurigai ini adalah strategi JK untuk menguasai perekonomian Indonesia. Kecurigaan ini bukan tanpa dasar, mengingat berbagai portofolio JK sewaktu menjadi wapres SBY periode 2004-2009 yang berhasil mendapatkan proyek-proyek besar di tanah air. Hal ini tentu tidak akan sulit berulang kembali karena Sofyan Djalil sangat mudah diatur oleh JK, mengingat yang bersangkutan sangat dekat dan loyal terhadap JK.
"Jika Sofyan Djalil menjadi menko perekonomian maka sesuai keinginan JK pasti BBM akan dinaikkan sebesar Rp3000. Padahal saat ini harga minyak mentah tengah jatuh sampai 80$ USD, sangat jauh dari asumsi APBN sebesar 110$ USD. Jangan sampai karena ketidaktahuannya, Jokowi langgar konstitusi dengan menaikkan harga BBM melampui harga pasar."
Sent from my BlackBerry
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H