Grafik di atas menunjukkan kontribusi sektor industri pengolahan atau manufaktur (di luar sektor migas) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2000 hingga 2017, yang dihitung berdasarkan harga berlaku. Bila angka kontribusi manufaktur terhadap PDB meningkat, dapat dikatakan telah terjadi industrialisasi. Namun, bila angkanya menurun, dapat dikatakan telah terjadi deindustrialisasi.
Selama era Gus Dur (2000-2001) dapat dikatakan telah terjadi industrialisasi. Hal ini karena terjadi peningkatan angka kontribusi manufaktur terhadap PDB dari 23,8% (2000) ke 25,2% (2001). Yang lebih istimewa lagi, ternyata capaian angka kontribusi manufaktur terhadap PDB yang tertinggi selama pasca Reformasi juga terjadi di era ini.
Selama era Megawati (2001-2004) dapat dikatakan telah terjadi deindustrialisasi. Hal ini karena angka kontribusi manufaktur terhadap PDB cenderung menurun, dari 24,8% (2002), 24,5% (2003) hingga ke 23,9% (2004). Selama era SBY (2004-2014)dapat dikatakan juga telah terjadi deindustrialisasi. Hal ini karena kontribusi manufaktur terhadap PDB terus turun secara signifikan, dari 22,4% (2005) hingga 17,8% (2014).
Selama era Jokowi (2014-2017) terjadi stagnasi industri, bila tidak ingin dikatakan sebagai deindustrialisasi. Hal ini karena angka kontribusi manufaktur terhadap PDB pada kuartal ke-3 tahun 2017 sebesar 17,75%, adalah sedikit lebih rendah dari angka tahun 2014 (17,8%), meskipun sempat terdapat peningkatan di 2015 (18,19%) dan 2016 (18,2%).*** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H