IMPIANKU DIRENGGUT COVID-19
Hampir empat tahun sudah aku menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali. Bayanganku yang segera ingin lulus dan segera diwisuda sudah lama aku nantikan. Hal yang sudah menjadi target bahwa Mei 2020 aku harus sudah diwisuda, dengan mengenakan pakaian kebesaran sebagai seorang mahasiswa serta menyatakan ke orangtua kalau aku sudah sarjana, dan segera ingin mencari pekerjaan. Akan tetapi semua yang aku harapkan hanya menjadi sebuah kenangan yang belum terwujud.
“Hemmm…” Pikirku sejenak ketika mengingat apa yang terjadi saat ini.
“Heiiii…..kenapa kamu melamun….? Ngomong-ngomong kapan nih kamu sidang skripsi ….? tanya seniorku Andre.
“Sidang apaan….!! Aku belum buat apa-apa…proposalku saja masih belum di Acc, semua karena maraknya virus corona, bertemu dosen untuk bimbingan aku belum bisa, kampus di tutup, dan semua dialihkan untuk beraktivitas di rumah, yaaa mau gimana lagi…..?” sahutku dengan nada kesal.
“Yaaa, sabar saja kawan…. Kita harus mengikuti anjuran pemerintah, agar penyebarannya bisa teratasi dengan efektif dan cepat,” hibur Andre sembari memegang pundakku.
“Iyaa…. Tapi sampai kapan…?, gelombang pertama untuk wisuda sudah tidak mungkin aku lalui, “tanyaku cemas.
“Yahh, kita sekarang cuma bisa berdoa saja, agar wabah ini bisa dengan cepat teratasi, dan tentunya kamu harus segera memperbaiki proposalmu, agar ketika nanti kamu bimbingan, kamu tinggal memperbaiki lebih sedikit koreksian dari dosen pembimbingmu,” jawab Andre sembari menasehatiku.
Selama dua minggu itu, aku memaksimalkan segala usaha dan doa. Tak jarang aku terus berkutat dengan rangkaian kalimat untuk sebuah proposal penelitian hingga larut malam, dan bangun dini hari, agar aku segera menyelesaikan tugas dan kewajibanku sebagai mahasiswa semester akhir. Semua itu aku lakukan karena aku tahu, semua ini tentang masa depanku.
Seketika aku merenung, karena kejenuhan berada di rumah, tidak bisa mencari sumber bacaan serta masih kekurangan data untuk melengkapi rancangan penelitianku. Ingin ke luar akan tetapi aku masih mengingat himbauan untuk tidak boleh keluar rumah, aku hanya memikirkan kenapa seolah-olah aku seperti burung dalam sangkar, yang tidak bisa kemana-mana. Aku terus mengikuti informasi perkembangan wabah Covid-19 ini baik di media sosial maupun televisi yang menginformasikan keadaan semakin mencekam karena sudah mulai banyak orang yang sudah positif terjangkit virus yang berbahaya itu.
Aku semakin cemas, ditambah lagi sebagian teman-temanku mengirimkan keberhasilannya yang sudah dinyatakan Acc untuk sidang skripsi, serta SK ujiannya sudah terbit dan akan siap untuk sidang skripsi minggu depan, sedangkan aku jangankan skripsi, bimbingan proposal saja belum.